Pemerintah menyerahkan proyek pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatera kepada salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di industri jasa konstruksi, yakni PT Hutama Karya. Total investasi untuk penggarapan proyek infrastruktur ini mencapai Rp 360 triliun. Bila dijalankan dengan baik, proyek ini diharapkan mampu mengintegrasikan dan meningkatkan konektivitas ekonomi industri di Pulau Sumatera.
General Manager PT Hutama Karya Wilayah VII Widi Suharyanto menyatakan pada Februari 2012 Kementerian BUMN mencanangkan pembangunan jalan tol Trans-Sumatera sepanjang 2.600 KM yang akan menghubungkan Banda Aceh hingga Bandar Lampung.
“Tol Trans-Sumatera adalah penugasan pembangunan yang diperintahkan oleh pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 100, yang mana PT Hutama Karya berperan sebagai pengembang jalan tol. Hingga saat ini, kami diberi penyertaan modal oleh negara sebesar Rp 3,6 triliun, dan tahun depan juga akan melakukan pengajuan pendanaan lagi seraya menunggu persetujuan DPR,” kata Widi Suharyanto saat ditemui Marketeers di Kantor PT Hutama Karya, Surabaya, Jumat (13/02/2015).
Untuk tahap pertama, PT Hutama Karya ditugaskan menangani empat ruas pertama, yakni Medan – Binjai, Palembang – Indralaya, Pekanbaru – Kandis – Dumai, dan Bakauheni – Terbanggi Besar, yang nilainya kurang lebih sekitar Rp 36 triliun. Proyek awal ini akan dilaksanakan selama dua tahun ke depan. Rute pertama yang sedang digarap adalah Medan-Binjai yang saat ini dalam tahap Diddle Design dan sebentar lagi akan dilakukan lelang kontraktor.
Secara finansial, Widi menyatakan pembangunan jalan tol ini belum layak untuk dilaksanakan. Salah satu kendalanya adalah lalu lintas kendaraan yang masih sedikit. Tetapi, dalam hal ekonomi makro, pembangunan ini sangat diperlukan untuk mengembangkan kawasan Sumatera. Sehingga Pemerintah melakukan percepatan pembangunan, dengan harapkan dapat terjadi pengembangan kawasan yang lebih bergairah baik untuk angkutan darat dan sentra industri di sekitar jalan tol.
“Dalam hal penyertaan modal negara, sebetulnya tidak akan cukup untuk pembangunan jalan tol hanya dengan nominal Rp 36 Triliun. Itu hanya 25 – 30 % dari keuangan yang dibutuhkan. Dengan demikian, kami harus kreatif mencari modal lain, bisa dengan obligasi, pinjaman dari badan-badan donasi internasional, Bank Dunia dan Asian Development Bank (ADB),” tambah Widi.
Selain Tol Trans-Sumatera, pemerintah juga merencanakan investasi tambahan untuk investasi transportasi, yakni dengan membangun jalur kereta api dengan rute yang sama. Namun, saat ditanyai lebih lanjut mengenai proyek ini, pihak PT Hutama Karya menyatakan masih dalam tahap perencanaan.