Sudah lebih dari sebulan lalu langit Indonesia tidak secerah biasanya. Kabut tebal berupa asap tengah menyelimuti beberapa titik wilayah di Indonesia. Sebut saja yang terparah melanda wilayah Palangkaraya, Riau serta Palembang.
Jutaan masyarakat Indonesia terpaksa menghirup udara beracun yang disebabkan oleh kebakaran hutan atau lahan gambut yang terjadi di sekitaran Kalimantan. Ditambah lagi fenomena El Nino yang terjadi setiap lima tahun tengah menerpa Tanah Air.
Andrinof Chaniago, Mantan Menteri PPN dan Kepala Bappenas yang didapuk sebagai Pemerhati Kebijakan Publik pada Forum MarkPlus Center for Economy and Business di Philip Kotler Main Campus MarkPlus, Jakarta, Sabtu (31/10/2015) turut angkat bicara perihal tragedi asap yang tengah ramai diperbincangkan. “Inilah akibat dari penerapan ekonomi yang terlalu pragmatis sehingga lupa dengan eksternalitas dan justru sibuk dengan pro dan kontra,” ujarnya.
Tragedi asap yang dapat dikatakan paling parah ini, menurut Andrinof sekaligus mencerminkan buruknya kualitas ekonomi di Indonesia. “Mengandalkan sumber daya alam adalah kebiasaan yang mendarah daging di Indonesia tanpa memedulikan fungsi-fungsi yang harus dijalankan untuk menjaga Sumber Daya Alam (SDA) tersebut,” jelas Andrinof.
Parahnya lagi, Riau sebagai provinsi yang terpapar asap paling parah merupakan provinsi dengan area kebun sawit terluas di Indonesia. Maklum, Riau telah melepas sekitar 1,5 juta hektar lahan untuk kemudian dijadikan lahan perkebunan lain.
Andrinof menekankan agar pemerintah bisa melakukan transformasi ekonomi. “Jangan bangga dengan predikat eksportir batu bara dan kelapa sawit terbesar. Tetapi mulailah untuk menciptakan nilai tambah pada SDA, terus lakukan inovasi dan invasi agar ekosistem tetap terjaga,” imbuhnya.
Andrinof sendiri menyatakan bahwa aturan terkait ekosistem Indonesia sudah dicanangkan sebelumnya. “Ekonomi yang berkualitas sudah masuk ke rancangan Bappenas sebelumnya, tinggal menuntut untuk dijalankan. Misalnya, kami menciptakan 100 technopark agar para petani tidak hanya bertanam dan memanen, namun juga mengolah hasilnya sampai kepada aktivitas branding,” ungkapnya.
Dengan ini, Andrinof menegaskan bahwa Indonesia harus kembali ke ekonomi yang berkualitas dengan tidak merampas hak hidup dan ekosistem yang sudah ada, serta tidak berpangku tangan dengan sumber daya alam. Namun, justru berusaha untuk menciptakan nilai tambah pada sumber daya alam tersebut.
Editor: Hendra Soeprajitno