Selama ini, keberadaan ATM sangat menolong bagi masyarakat yang membutuhkan transaksi apapun, sehingga mesin ATM bisa disebut sebagai salah satu inovasi terbaik di zaman modern. Tapi, tentu keberadaan alat canggih itu tidak terlepas dari biaya, mulai dari membangun sampai operasional yang ternyata tidak sedikit. Hal tersebut diakui oleh BCA yang jaringan ATMnya termasuk paling banyak di Indonesia, terutama wilayah urban.
“Biaya operasional kami itu besar, termasuk pemeliharaan ATM. Harganya saja sudah US$ 5.000 sampai US$ 20.000 sendiri. Belum kalau misal membangun di spot-spot yang bukan kantor cabang, ada biaya sewa lagi,” ujar Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja di Jakarta pada Kamis (3/3/2016) dalam pemaparan hasil kinerja sepanjang tahun 2015.
Operasional bulanan dikeluarkan juga, sekitar Rp 12 juta per bulan alias Rp 144 juta per tahun. Apa saja? Teknologinya, pemeliharaan mesin, pembersihan oleh cleaning service, dan uang di dalam mesin diasuransikan. Maka tidak heran pembangunan ATM memakan biaya investasi besar, plus operasional tinggi sehingga overhead cost BCA juga termasuk besar.
Namun, untuk setiap transaksi itu, BCA tidak mengenakan biaya kepada nasabah. Maka untuk mengakali pembiayaan itu, rencananya BCA akan mengenakan biaya untuk transaksi di ATM. Walau belum tahu kapan akan dioperasikan serta berapa biaya dikenakan, Jahja menyatakan bahwa rencana ini sedang digodok oleh manajemen.
“Sekarang orang ke ATM gratis, ambil uang tidak dikenakan biaya. Satu, dua, tiga kali gratis terus. Ke depannya, kami sedang merencanakan untuk mengenakan biaya, misal nasabah yang melihat saldo ke berapa kalinya mungkin akan dikenakan biaya. Boleh saja mereka melihat saldo sampai berkali-kali dalam sehari, tapi untuk ke berapa kalinya dikenakan biaya. Selain itu kami mendorong nasabah untuk bertransaksi lewat digital seperti m-banking, sehingga bukan kami saja yang efisien, nasabah juga,” tutup Jahja.
Editor: Sigit Kurniawan