AC Ventures, perusahaan modal ventura bersama dengan Bain & Company mengeluarkan hasil riset terbaru bertajuk Indonesia Venture Capital Report 2023. Dalam laporan tersebut transaksi bisnis modal ventura diproyeksikan turun 70% hingga 80% pada tahun 2023.
Founder and Managing Partner of AC Ventures Adrian Li menuturkan industri modal ventura di Indonesia telah mengalami transformasi signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam 12 bulan terakhir, terjadi penyesuaian pasar yang sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro global.
BACA JUGA: Susul Bank Mandiri, BCA Bakal Dirikan Venture Capital Untuk Tech Startup
Meskipun volume transaksi meningkat pesat pada tahun 2021, ketidakpastian makroekonomi yang meningkat mendorong kehati-hatian dalam momentum investasi, dan dampak dari paruh kedua tahun 2022 menyebabkan penurunan jumlah dan besaran transaksi. Tingkat pendanaan pada tahun 2023 terhitung rendah hingga kuartal III, hanya mencapai 0,3 kali dibandingkan dengan kuartal III tahun 2022 (year-on-year/yoy).
“Meskipun tantangan masih ada, ketangguhan Indonesia terlihat saat investor lebih memprioritaskan startup yang memiliki fundamental kuat dan mampu mencapai profitabilitas. Dengan munculnya berbagai sektor dan komitmen yang kuat untuk masa depan yang berkelanjutan, Indonesia tetap menjadi pusat yang menjanjikan bagi investor teknologi global,” kata Adrian melalui keterangannya, Rabu (15/11/2023).
BACA JUGA: AC Ventures Ikut Terlibat Dalam Gugus Tugas ESG KADIN
Meskipun tahun ini menantang bagi sektor modal ventura, prospek pertumbuhan secara keseluruhan tetap positif, mengingat lanskap industri ini di Indonesia secara umum memasuki tahap yang lebih matang. Setelah lonjakan investasi yang dipicu oleh pulihnya kepercayaan investor selama tahun 2020 hingga 2021, investor saat ini lebih bijak dan rasional dalam pendekatan mereka.
Adrian menyoroti perubahan penting dalam hal apa yang diutamakan oleh para investor, lebih fokus pada startup yang memiliki bisnis yang menguntungkan, penilaian yang lebih bijak, dan rencana yang jelas untuk mencapai keuntungan. Hal ini terlihat dari berkurangnya tingkat peralihan dari pendanaan awal (seed) ke putaran A atau B.
Dalam laporan ini, kabar baiknya adalah adalah ketangguhan Indonesia terhadap tren global. Meskipun nilai transaksi modal ventura global mengalami penurunan sekitar 20% hingga 40%, Indonesia berhasil menjaga nilai transaksi modal ventura yang stabil pada tahun 2022 secara tahunan (yoy) sebesar US$ 3,6 miliar.
Selain itu, tercatat peningkatan volume transaksi sebesar 20% secara tahunan pada tahun yang sama. Fundamental makroekonomi yang menarik menunjukkan bahwa Indonesia tetap menjadi titik terang di kawasan ini, dan akan memberikan iklim yang menguntungkan bagi startup di negara ini.
Dengan populasi usia muda yang mendominasi, dan jumlah masyarakat kelas menengah yang terus berkembang, nilai Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia tumbuh besar mencapai 4,6% pada tahun 2022. Konsumsi rumah tangga yang merupakan pendorong perekonomian yang signifikan, menyumbang 55,6% terhadap PDB.
“Perekonomian digital berada pada jalur yang meningkat, mencapai US$ 77 miliar pada tahun 2022. Agar dapat tetap berada pada jalur pertumbuhannya, Indonesia perlu mengatasi hambatan makro, seperti ketegangan Amerika Serikat (AS) dan Cina yang sedang berlangsung, pemilu tahun 2024 mendatang, dan meningkatnya tekanan terhadap pemain teknologi besar untuk mencapai profitabilitas, serta lanskap peraturan yang terus berkembang,” kata Adrian.
Sementara itu, Tom Kidd, Partner di Bain & Company melihat adanya kemajuan dalam industri modal ventura di Indonesia. Kesepakatan pada tahap awal (early-stage deals), terutama di sektor-sektor yang sedang berkembang seperti mobilitas listrik dan layanan kesehatan, diperkirakan mendominasi aktivitas modal ventura dalam waktu dekat.
Startup pada tahap akhir kemungkinan besar akan memperbarui strategi mereka dan mengutamakan profitabilitas di atas segalanya. Dengan proyeksi ekonomi digital yang mencapai US$ 360 miliar pada tahun 2030, dan inisiatif seperti peluncuran bursa karbon atau IDXCarbon yang menandakan komitmen Indonesia terhadap masa depan net-zero, investor global mempunyai alasan untuk optimistis terhadap Indonesia.
“Kami menyoroti optimisme bersama terhadap daya tarik jangka panjang Indonesia sebagai tujuan investasi. Pertumbuhan masa depan akan terwujud melalui berbagai peluang di sektor-sektor baru yang sedang berkembang, didukung oleh pangkalan investor yang semakin matang dan siap untuk menyediakan modal bagi perusahaan-perusahaan tersebut,” ujar Tom.
Editor: Ranto Rajagukguk