PT Trans Retail Indonesia baru saja melakukan kerja sama dengan CGV Cinemas untuk membawa bioskop asal Korea Selatan itu ke dalam ritel Transmart. Hadirnya layar lebar di dalam supermarket melengkapi konsep ritel 4 in 1 yang diusung Transmart, yang mana supermarket tidak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat, melainkan harus dilengkapi dengan fasilitas gaya hidup lain.
Dalam konsep 4 in 1 yang telah diujicobakan di Transmart Cempaka Putih sejak tahun 2015, Transmart menyematkan beberapa fasilitas tambahan, seperti Theme Park, Mini Trans Studio, varian restoran dan café, serta yang akan terrealisasi adalah bioskop.
Chairal Tanjung, Komisaris PT Trans Corp mengatakan, konsep ini dibentuk untuk menciptakan new shopping experience di tengah tren gaya hidup masyarakat yang berubah. Di saat yang sama, tak banyak inovasi yang dilakukan oleh para pemain supermarket di industri ritel Tanah Air.
Menurut adik pengusaha Chairul Tanjung ini, pada masa sekarang sulit untuk melihat diferensiasi antara supermarket satu dengan yang lain. Sebab, jika ritel berdiam diri, yang terjadi adalah ritel berisiko ditinggalkan oleh pelanggannya dan loyalitas merek pun kian rendah. Karenanya, konsep 4 in 1 ini bakal memberikan Transmart diferensiasi yang unik di lanskap ritel nasional.
“Ke depan, bisa saja akan ada Transmart 5 in 1 atau 6 in 1, dimana kami gabungkan antara ritel, fasilitas lifestyle, dan hunian seperti apartemen dan hotel. Jadi, kita ciptakan ritel sekaligus create marketnya” pungkasnya.
Konsep tersebut, sambung Chairal, diyakini akan diterima market dengan baik. Kayakinan itu dibuktikan dari kesuksesan Transmart Cempaka Putih yang menjadi pilot project konsep 4 in 1 tersebut.
Karenanya, untuk menduplikasikan konsep tersebut di beberapa tempat, strategi ekspansi Transmart tidak bisa berfokus hanya pada area pusat belanja atau mal. Ke depan, Transmart akan banyak membuka gerai standing alone di atas lahan seluas rata-rata 65.000 m2.
Chairal melanjutkan, tahun ini pihaknya akan membuka 30 Transmart berkonsep baru, dimana 10 hingga 15 di antaranya akan berlokasi di wilayah Timur Indonesia, seperti Kupang, Ambon, dan Jayapura. Untuk satu gerai Transmart 4 in 1 ini, Trans Retail merogoh biaya investasi sekitar Rp 150 miliar atau total sebesar Rp 1,5 triliun selama setahun.
Uang sebesar itu diambil dari kas internal, khususnya dari suntikan dana Perusahaan Investasi milik Pemerintah Singapura atau Government of Singapore Investment Corporation (GIC) yang pada tahun lalu mengepit 17% saham Transmart dengan nilai sebesar Rp 5,2 trilliun. “Uang dari GIC fokus untuk biaya ekspansi bisnis,” kata mantan Komisaris Garuda Indonesia.
Lebih lanjut, Direktur Trans Retail H.H Yong menganggap, banyak ritel yang membuat pelanggannya tidak nyaman. Parkir sempit dan selalu penuh, hingga jarak antara parkir menuju pusat belanja yang jauh.
“Kami desain Transmart ini untuk kenyamanan pelanggan. Jika rata-rata ritel lain perlu 15 menit, kami hanya menawarkan 5 menit waktu yang dihabiskan konsumen untuk bisa masuk ke Transmart, dimulai dari mereka mencari tempat parkir,” klaimnya seraya mengatakan pihaknya menawarkan parkir yang lebih luas dari pusat belanja kebanyakan.
Lantas, bagaimana dengan nasib Transmart yang berada di berbagai mal saat ini? Chairal menjawab bahwa nasib Transmart di mal tidak ada masalah. Jika lahan ritelnya lumayan besar, akan ditambah beberapa fasilitas di dalamnya. “Tetap ada re-concept bagi ritel-ritel kami di mal jika luasnya memungkinkan,” akunya.
Ia menambahkan, mal masih menarik bagi Trans Retail untuk melakukan ekspansi bisnis ritel yang dulu bernama Carrefour ini. Ia juga bilang, Transmart sebagai “Community Mall” tidak tepat jika dianggap berkompetisi dengan mal. “Justru, kita sama-sama memajukan dunia ritel. Kami ber-coopetition, bukan lagi competition,” tegasnya.
Editor: Sigit Kurniawan