Tren furnitur dunia terus berubah dan berkembang. Hal ini menuntut para pelaku industri furnitur lokal untuk semakin meningkatkan daya saing. Dalam hal ini, Kementerian Perindustrian mendorong pelaku usaha untuk meningkatkan daya saing produk mereka tanpa meninggalkan inspirasi dari budaya lokal.
“Daya saing industri furnitur dan kerajinan Indonesia di pasar global terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah dan berkelanjutan. Selain itu, industri ini pun didukung oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal serta ditunjang oleh sumber daya manusia yang cukup kompeten,” kata Dirjen Industri Agro Panggah Susanto pada pembukaan Pameran Furniture dan Produk Interior di Plasa Pameran Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (3/11/2015).
Panggah mengingatkan, tantangan ke depan yang harus dihadapai para pelaku industri nasional adalah pemberlakuan MEA pada akhir tahun 2015. “MEA ini diharapkan dapat menjadi komunitas kerjasama antar negara-negara ASEAN. Namun, MEA juga dapat menjadi peluang atau ancaman bagi industri dalam negeri khususnya industri furnitur dan kerajinan,” jelas Panggah.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya strategis. Beberapa strategi di antaranya adalah penyusunan dan implementasi SNI terhadap komoditi furnitur dan kerajinan, penerapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), dan melaksanakan kegiatan pelatihan-pelatihan bagi para pengrajin furnitur.
Di samping itu, Kementerian Perindustrian secara berkelanjutan mempromosikan furnitur di tingkat nasional maupun internasional, seperti Asia, Eropa, dan Amerika. “Langkah ini selain untuk memperkenalkan produk-produk dalam negeri di pasar internasional, diharapkan juga dapat meningkatkan target ekspor dan produksi,” kata Panggah.
Secara total, pada tahun 2013, nilai ekspor furnitur kayu dan rotan nasional mencapai US$ 1,8 miliar dan meningkat pada tahun 2014 menjadi US$ 2,2 miliar. “Diprediksi nilai ekspor furnitur kayu dan rotan olahan dalam lima tahun ke depan mencapai US$ 5 miliar,” tutup Panggah.
Editor: Sigit Kurniawan