Industri kopi di Indonesia terus bertumbuh. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kedai kopi bermunculan di beragam kota di Indonesia. Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto sektor pengolahan kopi masih memiliki potensi yang luas dan bisa memberikan efek berantai yang luas bagi perekonomian nasional.
“Contohnya, Mayora, melalui permen Kopiko menjadi produk nomor satu di dunia. Bahkan, Kopiko juga menjadi salah satu kebutuhan astronot di luar angkasa. Selain itu, produk kopi instan Torabika yang juga diminati oleh konsumen mancanegara,” ungkapnya.
Di kancah global, ekspor produk kopi olahan nasional terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2016, ekspornya mencapai 145 ribu ton atau senilai US$ 428 juta, kemudian meningkat hingga 178 ribu ton atau senilai US$ 487 juta pada tahun 2017. Pada tahun 2018, terjadi lonjakan peningkatan ekspor hingga 21,49% atau sebanyak 216 ribu ton dengan peningkatan nilai 19,01% atau mencapai US$ 580 juta.
Ekspor tersebut didominasi oleh kopi olahan berbentuk instan sebesar 87,9% dan sisanya berbasis ekstrak dan essence. Tujuan ekspor utama industri pengolahan kopi nasional, antara lain Filipina, Malaysia, Iran, China dan Uni Emirat Arab. Indonesia sebagai negara penghasil biji kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia, menjadi potensi pengembangan industri pengolahan kopi di dalam negeri.
“Produksi kopi kita sebesar 639.000 ton pada 2017 atau 8% dari produksi kopi dunia dengan komposisi 72,84% merupakan kopi jenis robusta dan 27,16% kopi jenis arabika,” ujarnya.
Pada tahun 2017, tercatat ada 101 perusahaan kopi olahan yang meliputi skala besar dan sedang dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 24 ribu orang dan total kapasitas produksi lebih dari 260 ribu ton per tahun. Selain itu, Indonesia juga memiliki berbagai jenis kopi specialty yang dikenal di dunia, termasuk Luwak Coffee dengan rasa dan aroma khas sesuai indikasi geografis yang menjadi keunggulan Indonesia.
Hingga saat ini, sudah terdaftar sebanyak 24 tipe geografis untuk kopi Indonesia, di antaranya Kopi Arabika Gayo, Kopi Arabika Toraja, Kopi Robusta Pupuan Bali, Kopi Arabika Sumatera Koerintji, Kopi Liberika Tungkal Jambi, dan Kopi Liberika Rangsang Meranti.
Dalam rangka meningkatkan kinerja industri pengolahan kopi nasional di tengah menghadapi era globalisasi perdagangan dan pasar bebas, diperlukan upaya strategis guna menggenjot daya saing dan produktivitasnya. Langkah tersebut, antara lain melalui penggunaan teknologi yang meningkatkan efisiensi dan inovasi, peningkatan kualitas produk dengan penerapan sistem manajemen mutu dan keamanan pangan, serta peningkatan SDM seperti barista, roaster, dan penguji cita rasa atau cupper.
Editor: Sigit Kurniawan