Salah satu yang membuat industri media bisa bertahan adalah komunitas. Dengan adanya komunitas ini, paling tidak, pemain media tersebut bisa tetap mempertahankan sekaligus mengembangkan audiensnya. Hal inilah yang sudah dilakoni oleh beberapa pemain media di Indonesia, seperti Female Daily, Kompasiana, Forum Pembaca Tempo, Detik Forum, dan sebagainya.
Komunitas media tersebut terbentuk, baik secara organik maupun didesain oleh perusahaan medianya. Komunitas Female Daily, misalnya, tergolong komunitas yang terbentuk secara organik. Komunitas ini bercikal bakal dari blog pribadi Hanifah Ambadar pada tahun 2005. Kemudian bersama Affi Assegaf membuat blog bersama pada tahun 2007 yang mengusung tema yang sama terkait dunia perempuan.
“Komunitas di sini adalah semua pengguna Female Daily. Perlu diketahui juga, Female Daily terdiri dari berbagai macam produk web, seperti platform konten, kecantikan, dan sebagainya. Kami juga memiliki forum sebagai tempat anggota berkumpul dan berinteraksi,” ujar Affi Assegaf, Content and Community Director Female Daily.
Komunitas tersebut berisi para perempuan muda, modern, tech savy yang tinggal di kota besar dan rata-rata dari kalangan profesional. Mereka juga sangat sadar dan mudah beradaptasi dengan tren baru. Perempuan ini juga tergolong ekspresif dalam menyuarakan gagasannya. Meski didominasi oleh perempuan, komunitas ini juga terbuka pada kaum laki-laki sebesar satu persen.
Affie menegaskan, terbentuknya komunitas Female Daily sebenarnya terjadi secara organik – tidak didesain dari awal. Dan, semangat organik inilah, sambung Affie, yang penting untuk dijaga oleh pengelola komunitas agar anggotanya tidak merasa didikte dan dimanfaatkan untuk kepentingan komersial.
“Komunitas itu terjadi karena ada kesamaan di kalangan anggotanya, entah minat, cara berpikir, gaya hidup, maupun latar belakang. Mereka menemukan kesamaan dan berkumpul di sini,” ujarnya.
Sementara itu, Kompasiana memiliki sejarah yang lain lagi. Pada awalnya, tahun 2008, Kompasiana merupakan blog yang dikhususkan untuk para jurnalis Kompas yang ingin menulis dengan gaya blogger dan mengupas hal-hal di luar pemberitaan Kompas.
“Untuk disebut sebagai media warga terbuka baru pada tahun 2009. Komunitas ini masih bertahan hingga sekarang karena tetap ada komitmen untuk memberikan konten yang bagus,” ujar Iskandar Zulkarnaen, Asisten Manager Konten dan Komunitas Kompasiana.
Agar tetap menjaga konten, sambung Iskandar, proses pantauan setiap tulisan dan verifikasi akun.Alasannya, pembaca itu selalu menginginkan konten yang bagus. Orientasi kami selalu kepada pembacanya. Dengan adanya pembaca, kontributor Kompasiana pun lebih percaya lagi. Sistemnya dengan pantuan dengan baca cepat dan artikel yang bagus dinaikkan menjadi headline. Dengan ini, para kontributor berlomba menghasilkan tulisan yang berbobot dan menarik.
Kontributornya sangat beragam – dari orang biasa, pelajar, pensiunan, mahasiswa, dosen, politisi, hingga menteri dan sebagainya. Saat ini, ada 320.000 akun terdaftar di Kompasiana. Kompasiana dikelola oleh tim beranggotakan 14 orang yang mengelola 300 hingga 600 artikel setiap harinya.
Keduanya, baik Female Daily maupun Kompasiana menyadari betul pentingnya eksistensi komunitas tersebut. Apalagi di “tempat” ini, merek bisa membangun “marketing community” tanpa harus menggurui, memaksa, maupun satu arah. Bagaimana sebaiknya komunitas tersebut di kelola?
Simak artikel “Komunitisasi dan Berbagi Nilai Bagi Anggota”