Tren Ramadan 2022, dari Belanja Terencana Hingga Gaya Hidup Phygital

marketeers article

Pemasaran musiman atau seasonal marketing akan kembali digelar oleh aneka merek selama bulan ramadan tahun ini. Menurut riset The Trade Desk bersama YouGov, dua pertiga atau 68% orang Indonesia berencana berbelanja daring saat Ramadan tiba. Angka ini meningkat 19% bila dibandingkan pada Ramadan tahun lalu. Tren Ramadan 2022 menarik bagi pemasar untuk menggelar kampanye musiman yang tepat.

Survei ini juga merekomendasikan beberapa hal kepada merek selama seasonal marketing ini. Pertama, merek yang melakukan kampanye lebih cepat akan terus dingat oleh konsumen selama perjalanan belanja mereka. Momen belanja akan dimulai pada akhir Februari, menguat selama Maret sebelum sampai puncak di April mendatang. Fakta mengatakan, mayoritas atau 91% konsumen Indonesia merupakan konsumen yang terencana saat mereka membelanjakan tunjangan hari raya mereka.

Pandemi, menurut Florencia Eka, Country Manager The Trade Desk Indonesia, telah mempercepat adopsi programmatic advertising sebagaimana para pengiklan menyadari pentingnya menjadi lebih fleksibel disaat situasi dapat berubah dalam waktu singkat. Di tengah-tengah segala ketidakpastian, survei ini memberikan angin segar kepada para pengiklan sebab jumlah konsumen yang akan berbelanja di Ramadan tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu.

“Pengiklan yang memanfaatkan kesempatan ini dalam menyusun strategi mereka akan menikmati keberhasilan aktivasi merek dan mampu menjadi pilihan utama bagi konsumen selama Ramadan dan bahkan setelahnya,” Kata Florencia seperti dikutip dari keterangan resmi The Trade Desk Indonesia.

Kedua, iklan di OTT (over-the-top) membantu konsumen untuk menemukan merek baru. Saat ditanya tentang bagaimana orang Indonesia akan menghabiskan waktu mereka saat bulan Ramadan di ranah digital, mereka menyebut beberapa kanal di open internet (internet terbuka), mulai dari menonton TV dan film secara online hingga streaming musik, sampai menonton video pendek dan membaca konten online.

Menurut Florencia, tren Ramadan 2022 ini menunjukkan bahwa orang Indonesia akan menghabiskan lebih dari setengah dari waktu digital mereka di open internet. “Artinya, kanal-kanal yang kian berkembang ini membuka peluang yang berharga bagi pengiklan modern,” katanya.

Survei ini juga menekankan Ramadan menjadi momen yang ideal bagi pengiklan untuk memenangkan hati calon konsumen baru untuk brand mereka. Nyatanya, 56% orang Indonesia tertarik untuk mencoba atau mempelajari tentang merek baru saat berbelanja kebutuhan Ramadan. Temuan lainnya, satu dari tiga konsumen mengenal tentang merek baru dari iklan yang ditonton melalui platform OTT, dan satu dari lima konsumen mengenalnya dari layanan streaming musik.

Ketiga, Ramadan akan mempercepat toko ritel mengadopsi konsep phygital. Meskipun orang Indonesia berencana untuk meningkatkan belanja online mereka pada Ramadan ini, mereka masih sangat ingin untuk keluar rumah untuk berbelanja dan makan di restoran favoritnya. Tujuh dari 10 orang berencana untuk berbelanja secara offline, terutama untuk lima kategori barang yaitu keperluan bahan makanan, perabot rumah, kendaraan, peralatan rumah tangga, dan kebutuhan anak. Selain itu, 60% orang Indonesia juga berencana untuk makan di luar rumah sebagai bagian dari perayaan Ramadan.

“Dengan pergerakan konsumen yang berpindah antara online dan offline, pengiklan sangat disarankan untuk mengkaji kembali pendekatan branding mereka dan memanfaatkan kekuatan strategi omni­-channel (multi kanal) untuk mendekatkan diri dengan konsumen di setiap perjalanannya,” pungkas Florencia.

 

Related

award
SPSAwArDS