Tren Slow Travel Yang Akan Booming Tahun 2020

marketeers article
Terrace rice fields in Tegallalang, Ubud on Bali, Indonesia.

Salah satu kata yang paling banyak digaungkan selama dekade 2010an adalah FOMO alias fear of missing out. Konsep FOMO ini juga sering ditemukan dalam industri pariwisata, dalam artian wisatawan berusaha untuk menikmati seluruh destinasi wisata sebanyak mungkin yang mereka mampu di satu destinasi atau kota.

Namun menurut riset Booking.com, pada tahun 2020 nanti konsep FOMO kemungkinan besar akan mulai bergeser dengan konsep slow traveling. Diprediksi pada tahun 2020 banyak wisatwan yang justru tidak terlalu buru-buru ketika melakukan perjalanan.

Lebih dari setengah (57%) responden wisatawan dari 22 ribu responden, berencana untuk memilih transportasi yang tidak terlalu berkecepatan tinggi untuk untuk mengurangi dampak lingkungan, dan 71% akan memilih untuk mengambil rute yang lebih jauh agar lebih menikmati perjalanannya.

Ada berbagai tipe transportasi yang juga mendorong keinginan wisatawan untuk tidak terlalu terburu-buru, mulai dari sepeda, tram, kereta luncur, perahu, hingga berjalan kaki. Bahkan, 67% tidak keberatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di perjalanan ke destinasi mereka, asal jenis transportasinya unik. Serupa dengan 73% yang ingin merasakan kembali ke nuansa nostalgia dengan naik kereta bersejarah seperti Flying Scotsman dan Orient Express.

Konsep slow travel sendiri sudah ada sejak era 1980an di Italia. Slow travel pada dasarnya tidak selalu tentang cepat atau lambatnya sebuah moda transportasi. Bisa juga diartikan sebagai membangun hubungan yang kuat dengan destinasi yang dikunjungi. Tinggal beberapa hari di sebuah destinasi, mengenali lingkungannya, berbelanja di pasar tradisional, dan berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related