Pemasaran lewat postingan story chat di media sosial telah menjadi strategi yang semakin populer, terutama dalam menjangkau audiens generasi Z. Gen Z, yang terdiri dari individu yang lahir antara pertengahan tahun 2000-an, memiliki preferensi dan kebiasaan yang unik dalam berinteraksi dengan konten online.
Mereka cenderung lebih tertarik pada konten yang bersifat visual, singkat, dan mudah diakses melalui perangkat mobile. Sebab itu, pemasaran melalui postingan story chat di platform media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, dan TikTok telah menjadi cara efektif untuk menjangkau target audiens ini.
BACA JUGA: Resmi Luncurkan Versi Berbayar, Snapchat+ Punya Fitur Esklusif
Konten singkat dalam bentuk story chat juga sesuai dengan perhatian singkat generasi Z, sehingga mereka lebih cenderung untuk tetap terlibat dengan konten yang disajikan. Selain itu, pemasaran melalui story chat memungkinkan merek untuk mengambil pendekatan yang lebih kreatif dan eksperimental.
Di sini, brand dapat menggunakan elemen desain yang menarik, teks singkat yang kuat, dan bahkan konten visual yang bergerak untuk menarik perhatian generasi Z. Penggunaan efek-efek khusus dan stiker juga dapat menambahkan elemen kesenangan dan interaksi dalam konten.
BACA JUGA: Via WhatsApp, Dior Rilis Chat Room Eksklusif dengan Jisoo BLACKPINK
Bicara soal story chat, baru-baru ini sebuah akun media sosial, Ahquote merilis cerita berjudul “Aca & Arkan,” sebuah cerita pendek atau mini story yang dikemas dalam bentuk story chat, dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengikut setianya. Cerpen ini telah memiliki lebih dari 40 part.
“Cerpen ini bercerita tentang kisah persahabatan dan cinta gen Z di tengah liku-liku kehidupan dua tokoh utamanya, Aca dan Arkan. Dengan Aca & Arkan, kami ingin membuktikan kalau cerita dalam bentuk story chat bisa menjadi daya tarik yang membantu kami untuk mendekatkan diri dengan banyak orang,” ujar CEO dan Founder Ahquote Wisnu Afandi dalam keterangannya kepada Marketeers.com, Sabtu (12/8/2023).
Pendekatan ini dinilai tepat untuk menyasar para Gen Z. Pasalnya, dalam menargetkan generasi Z, penting untuk memahami bahasa dan budaya digital yang digunakan. Penggunaan bahasa sehari-hari dan meme yang relevan dapat membantu merek lebih terhubung dengan audiens ini secara emosional.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz