Tren Taksi Otonom, BlueBird: Driver Adalah Aset

marketeers article
Ilustrasi taksi otonom.(FOTO: 123RF)

Di tengah maraknya tren kendaraan otonom yang tengah banyak dibicarakan, PT Blue Bird Tbk memiliki pandangan yang sedikit berbeda. Mengingat, tren ini akan berdampak terhadap tren taksi otonom atau taksi tanpa pengemudi.

Model taksi ini sedang ramai dibicarakan, terlebih ketika Elon Musk, CEO Tesla, beberapa minggu lalu pamer bakal segera merilis taksi otonom.

Menurut Andrew Arristianto, Chief Strategy Officer PT Blue Bird Tbk, meskipun teknologi kendaraan otonom akan semakin berkembang, peran pengemudi dalam memberikan layanan tetap menjadi bagian yang sangat penting bagi perusahaan.

“Kendaraan otonom akan semakin banyak, dan otomatisasi akan menjadi bagian dari masa depan kita. Namun, pada akhirnya, layanan yang kami berikan melalui para frontliner kami sangat penting bagi kami,” ujar Andrew dalam diskusi di Tech In Asia Conference 2024, di Jakarta, Kamis (24/10/2024).

BACA JUGA: Mengupas Ketangguhan Bluebird di Tengah Gempuran Persaingan Ketat Moda Transportasi

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa meskipun Blue Bird terbuka terhadap perkembangan teknologi, perusahaan tetap memegang teguh nilai-nilai layanan yang selama ini menjadi ciri khasnya.

Andrew menekankan bahwa interaksi manusia, terutama antara pengemudi dan pelanggan, masih menjadi salah satu aspek penting yang membedakan Blue Bird di industri transportasi. Menurutnya, tidak semua aspek dalam layanan transportasi dapat digantikan sepenuhnya oleh teknologi seperti taksi otonom.

“Pengemudi adalah aset yang berharga bagi kami. Mereka tidak hanya sekadar mengemudikan kendaraan, tetapi juga berperan dalam memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan kami,” lanjut Andrew.

Dengan mengutamakan pengalaman pelanggan, Blue Bird percaya bahwa kehadiran pengemudi masih akan dibutuhkan meski teknologi kendaraan otonom semakin maju.

Andrew juga menjelaskan bahwa Blue Bird terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi, termasuk integrasi AI dalam operasional perusahaan. Namun, ia menegaskan bahwa teknologi harus menjadi pelengkap, bukan pengganti, dari kualitas layanan yang diberikan oleh para pengemudi.

BACA JUGA: Bos Bluebird Ungkap Kunci Pertumbuhan Pendapatan hingga Double Digit

“Kami memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, tetapi bukan berarti kami melupakan pentingnya sentuhan manusia dalam setiap perjalanan pelanggan,” tambahnya.

Meskipun banyak perusahaan transportasi di dunia berlomba-lomba mengembangkan kendaraan otonom, Blue Bird memilih pendekatan yang seimbang antara teknologi dan layanan manusia. Andrew menilai bahwa di Indonesia, khususnya di segmen pasar Blue Bird, masih ada kebutuhan dan kepercayaan dari pelanggan terhadap interaksi langsung dengan pengemudi.

Dengan pendekatan ini, Blue Bird menunjukkan bahwa teknologi dan manusia dapat berjalan beriringan. Kendaraan otonom dan taksi otonom mungkin akan menjadi bagian dari masa depan transportasi, namun bagi Blue Bird, para pengemudi tetap memiliki peran sentral dalam memberikan layanan terbaik kepada pelanggan.

Ini menjadi strategi yang diharapkan dapat membuat Blue Bird tetap relevan dan unggul di era digitalisasi transportasi.

Editor: Eric Iskandarsjah

Related

award
SPSAwArDS