Ndasmu masih menjadi trending topic di platform X hingga Minggu (17/12/2023) sore dengan total lebih dari 66 ribu cuitan. Kata dalam bahasa Jawa ini viral usai diucapkan oleh seorang calon presiden dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) tertutup.
“Soal etik, etik, etik. Ndasmu etik!” ucap si calon presiden saat menanggapi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan Majelis Kehormatan MK (MKMK) soal batas usia capres-cawapres, dikutip dari sebuah video yang beredar di X.
Hal ini lantas menuai beragam respons dari warganet. Tak sedikit yang menilai kata tersebut berkonotasi kasar dan kurang sopan. Seperti yang diungkapkan salah satu akun, “Umpatan Ndasmu itu kasar.”
Di sisi lain, banyak pula yang menganggap kata ndasmu sebagai hal yang biasa. “Umpatan ‘ndasmu’ itu udah hal lumrah, mungkin kalo dijogja atau keluarga keraton baru dianggap kasar. Tapi kalo rakyat biasa mah biasa aja,” tulis seorang warganet.
BACA JUGA: Heboh Buku Kisah Cinta Issa Sangkara, Benarkah Sebabkan Krisis ISBN?
Lantas, sebenarnya apa arti dari kata ndasmu dalam bahasa Jawa? Berikut penjelasannya:
Arti Kata Ndasmu dalam Bahasa Jawa
Menurut Kamus Bahasa Jawa – Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993), kata ndasmu berasal dari kata dasar endhas. Ini memiliki arti “kepala”.
Endhas sendiri termasuk dalam bahasa Jawa Krama Ngoko, atau tingkatan yang paling kasar. Kata ini biasanya digunakan sebagai umpatan, atau bisa juga ditujukan untuk hewan, seperti endhas pitik (kepala ayam), endhas kebo (kepala kerbau), dan sebagainya.
Lazimnya, kata ndasmu digunakan penutur bahasa Jawa untuk mengungkapkan kekecewaan, ketidaksetujuan, atau candaan. Dengan kata lain, kata ini bisa dimaknai bahwa si pembicara tidak setuju, kecewa, atau bercanda mengenai obrolan yang dibahas lawan bicaranya.
BACA JUGA: Viral Pasien Operasi Gigi Bungsu Dirawat di NICU, Apa Itu?
Untuk diketahui, dalam bahasa Jawa memang ada beberapa tingkatan kehalusan bahasa. Kata ndasmu termasuk ragam tutur Ngoko, atau tingkatan paling rendah dalam tingkatan kehalusan bahasa Jawa.
Krama Ngoko biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan teman, orang yang sebaya, atau kepada orang yang lebih muda. Adapun tingkatan menengah ialah Krama Madya, di mana digunakan untuk menghormati orang yang setara dalam bahasa yang lebih sopan.
Tingkatan ketiga adalah Krama Inggil atau Krama Alus, yakni bahasa Jawa yang sangat halus untuk digunakan kepada orang yang dihormati atau orang yang lebih tua sebagai bentuk sopan santun alias penghormatan.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz