Trinity Optima Production Mulai Proses Transisi Jadi Holding Grup
Perusahaan label rekaman dan manajemen artis Trinity Optima Production (TOP) kian aktif menjajaki bidang bisnis nonmusik lewat beberapa unit bisnisnya. Sebut saja keterlibatannya dalam beberapa proyek film, series di platform OTT, brand extension artis, sampai investasi ke beberapa startup di Indonesia.
Yonathan Nugroho, CEO TOP memaparkan aksi-aksi ini adalah bagian dari persiapan perusahaan yang akan bertransisi menjadi group holding company dalam waktu dekat. Meski demikian, jantung bisnis utama sebagai label rekaman dan manajemen artis akan tetap berjalan dan menjadi prioritas revenue Trinity Optima Production.
BACA JUGA: Susul GoTo dan Ruangguru, SIRCLO PHK 8% Karyawan
“Saat ini kami sedang bersiap menjadi korporasi entertainment Indonesia, menimbang perusahaan dan team management sudah memiliki bekal ilmu dan pengalaman yang solid untuk mencapai agenda-agenda yang lebih besar lagi,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (24/11/2022).
Salah satu bentuk komitmen TOP untuk menjadi grup usaha adalah dengan mengembangkan perusahaan investasi Trinity Ventures guna memperluas jangkauan jaringan dan peluang kolaborasi. Arah investasi Trinity Ventures sendiri menganut paham yang lebih independen, artinya perusahaan terbuka untuk berinvestasi di luar core bisnis TOP, selama dipandang visioner dan memiliki inovasi yang disruptif.
BACA JUGA: Setelah GoTo, Startup Ruangguru Turut Lakukan PHK Ratusan Karyawan
Sementara itu, aksi ekspansi perusahaan ke sektor pendanaan lumrah dilakukan. CEO Jagartha Advisor FX Iwan menyebutkan pola corporate venture capital (CVC) biasanya terbagi menjadi dua mazhab.
“Pertama, mereka yang percaya CVC ada untuk berinvestasi pada bisnis yang dekat dengan core bisnis mereka sendiri, atau disebut Horizon 1 (Inovasi secara bertahap dan berkelanjutan). Biasanya CVC ini akan berinvestasi pada bisnis-bisnis yang sudah dikenal, pernah bekerja sama. Sementara itu, ada CVC yang dibuat dengan misi menjadi independen dari grup usaha. CVC ini akan menarget bisnis apapun, termasuk di luar core mereka. Seringnya disebut investasi ke Horizon 2 dan 3 (Inovasi Disruptif),” ujar Iwan.
Ia mengatakan hal di atas lumrah terjadi dan tidak ada yang lebih baik antara pilihan satu dengan yang lainnya.
“Setiap holding company pasti kan punya pertimbangan sendiri untuk mengarahkan bisnisnya agar tetap di kuadran mature, jangan sampai di titik jenuh (saturated). Poinnya adalah, perusahaan yang mau menjadi group holding company harus paham betul setiap unit bisnis baru yang akan dibentuk, visi misinya apa, agar tidak kanibal pada existing business yang ada,” ucapnya.
Trinity Ventures sendiri telah berinvestasi ke beberapa merek dan startup di Indonesia sejak pertama kali dirintis tahun 2021. Menariknya, Trinity Ventures memiliki dua metode investasi yang terinspirasi dari value Trinity Optima Production sebagai management artist.
“TOP selama ini punya keunggulan di bidang management artist dan pengembangan value talent agar punya umur karir yang panjang. Misi yang sama kami coba terapkan di CVC kami, dengan dua metode. Pertama, investasi yang murni pendanaan. Biasanya kami terapkan pada bisnis yang sudah well established dan memang sedang fundraise. Kedua, investasi ke sektor yang lebih riil, misalnya ke brand, komunitas, dan startup yang punya proyek-proyek spesifik. Bedanya, di metode kedua, kami bantu tidak hanya dari pendanaan, tapi juga dari sisi operations, legal, marketing, campaign, sponsorship,” tuturnya.
Salah satu investasi Trinity Ventures dengan metode pendanaan murni, yakni ke Sayurbox, Wahyoo, SerMorpheus. Selanjutnya, untuk metode kedua, pendanaan dan dukungan advisory business, Trinity Ventures mengandalkan unit bisnis TOP+ untuk mengembangkan merek seperti Purnama Beauty milik Lesti, Ayam Paduka dari Wahyoo, dan tim esports GPX.
Ke depan, Trinity Optima Production bersama CVC miliknya masih akan mengeksplor bidang usaha unik dan inovatif lainnya di Indonesia. Ketika disinggung soal fenomena startup burst saat ini, Yonathan menyebut pihaknya sangat menyadari hal tersebut dan sudah menyiapkan beberapa rencana mitigasi risiko.
“Selain mengamati tren startup secara berkala, tentu pihak kami juga akan melakukan assessment pada calon-calon partner. Selama performance bagus, value dan visi para founder kuat dan rasional, tentu kami akan mendukung sebagai institutional investor,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk