Rupiah tengah terombang-ambing paska kemenangan Donald Trumph di pemilu Presiden Amerika Serikat. Pada perdagangan Rabu (9/11/2016), rupiah mendekati angka Rp 13.240 per dollar AS. FXTM (ForexTime) menilai karena kemenangan Trump, mampu memukul mata uang negara berkembang. Mengutip Bloomberg, pagi ini, Jumat (11/11/2016) rupiah diperdagangkan di Rp 13.873 per dollar AS, posisi terlemahnya sejak Januari 2016.
Penguatan dollar AS mencapai 5,59% pagi ini terhadap rupiah. Kemarin, posisi USD/IDR masih di 13.138. Pelemahan rupiah menjadi yang terbesar di Asia. Penguatan dollar AS terhadap won Korea sebesar 1,3%, terhadap peso Filipina 0,4%, terhadap baht Thailand 0,04%. Sebaliknya, dollar AS terhadap dollar Singapura melemah 0,21%. Dollar AS juga melemah 0,4% terhadap yen Jepang, meski yen tetap berada di seputaran titik terlemahnya ¥ 106 per dollar AS.
Analis FXTM menilai, gelombang penghindaran risiko menghantam seluruh pasar finansial termasuk pasar saham negara berkembang. Walaupun rupiah terancam terus merosot karena penghindaran risiko yang mengganggu ketertarikan investor terhadap mata uang negara berkembang, prospek ekonomi Indonesia tampaknya masih menjanjikan.
Data pengangguran terbaru di Indonesia masih menampilkan stabilitas ekonomi. Selain itu, pertumbuhan PDB juga menyiratkan bahwa ekonomi Indonesia dapat bertahan dalam situasi eksternal yang serba tidak menentu. Sentimen terhadap Indonesia tetap bullish dan optimisme terhadap program amnesti pajak pun menciptakan momentum positif untuk ekonomi negara ini.
Selain itu, kemenangan Trump dinilai mengejutkan dan merusak selera investor lantaran dinilai berisiko. Sentimen pasar global pun mendapat pukulan besar. Sebagian besar saham utama mengalami penjualan signifikan karena ketidakpastian menyebabkan investor menghindari aset berisiko.
Berbagai survei yang menunjukkan kemenangan Hillary Clinton sama sekali salah, sehingga sangat mengejutkan khalayak dan ini mungkin harus dibayar dengan harga yang mahal di masa mendatang. Sentimen menghindari risiko karena kemenangan Trump melanda pasar secara keseluruhan sehingga pasar modal berpotensi tertekan selama periode yang cukup panjang.