Menurut Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), sejak pandemi COVID-19 merebak atau tepatnya Maret 2020 hingga September 2021 pertumbuhan transaksi menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Indonesia mencapai 241,25%. Adapun nilai yang transaksinya ditaksir mencapai Rp 2.916 triliun.
Bendahara ASPI Vincent Henry Iswaratioso mengungkapkan, setiap bulan transasksi menggunakan kode batang tersebut telah mencapai 59 juta kali. Transaksi tersebut dilakukan oleh 188 institusi yang bernaung di bawah ASPI dan terdiri dari 118 bank serta 70 non-bank.
“Ini pertumbuhan yang sangat pesat dan masih terus berlanjut di bulan-bulan berikutnya. Nominal transaksi sendiri meningkat dengan QRIS di bulan September 2021 sudah mecapai Rp 2.916 triliun dengan tingkat pertumbuhan 142,71% dari Desember 2020 dan 26,44% dari Juni 2021. Rata-rata pertumbuhannya adalah 11,64% per bulan,” ujar Vincent dalam dialog daring bertajuk Transformasi Digital dalam Sektor Perbankan & Layanan Keuangan Indonesia, Rabu (1/12/2021).
Menurutnya, transaksi QRIS tumbuh di tengahpenggunaan kartu debit dan kartu kredit yang stagnan dalam beberapa tahun terakhir. Apalagi, kemajuan teknologi di bidang keuangan semakin pesat. Hal ini membuat masyarakat terus beralih menggunakan transaksi QRIS.
Bahkan, Vincent mengklaim, target pengguna QRIS yang dicanangkan pemerintah hingga akhir tahun 2021 telah dicapai. “Angka pengguna QRIS sesuai dengan target Bank Indonesia (BI) pada bulan November 2021 sudah mencapai 12 juta lebih. Tepatnya, dua minggu yang lalu ada 12,9 juta dan sudah mencapai target sebelum akhir tahun,” ujarnya.
Ia menambahkan, pada tahun 2021 rata-rata peningkatan pengguna per bulan mencapai 7,58%. Sedangkan pada tahun 2020 sebesar 18,38%. Dari jumlah tersebut, sebagian besar pengguna QRIS merupakan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM).
“Kalau kita melihat dari transaksi per merchent kriteria 60% dari usaha menengah dan 42% dari usaha kecil. Jadi dengan perkembangan QRIS benar-benar membantu perkembangan UKM, khususnya di bagian mikro dan kecil,” tandasnya.
Editor: Eko Adiwaluyo