Ula, aplikasi marketplace untuk distribusi dan kredit ritel tradisional mengklaim tumbuh 30 kali lipat sejak awal kemunculannya pada awal tahun ini. Ula sukses menjangkau lebih dari 7.000 pengguna aktif dan kini mulai memperluas jangkauannya ke luar Surabaya.
Meski menghadapi pasar yang kompetitif, Ula berhasil masuk ke seluruh wilayah di Jawa Timur dan baru-baru ini meluncurkan bisnis di Semarang, Jawa Tengah.
“Pertumbuhan yang kami alami mencerminkan kondisi saat ini ketika warung-warung tradisional siap menerima perubahan,” ujar CEO Ula Nipun Mehra.
Ula berusaha hadir menyediakan solusi dengan penggunaan teknologi untuk membantu para pelaku usaha tersebut. Jika sebelumnya para pemilik warung harus menutup warung saat akan berbelanja, Ula memberikan opsi lebih mudah.
Pemilik warung dapat memesan barang tanpa harus menutup warung dan bepergian ke pasar. Tidak hanya lebih efisien dari segi waktu, Ula juga meningkatkan efisiensi biaya. Terlebih lagi, Ula memiliki sistem pengantaran yang juga menyesuaikan kondisi saat ini.
Setelah memperluas wilayah jangkauannya, Ula saat ini menaruh perhatian pada edukasi pemilik warung untuk menyimpan stok barang secukupnya. Sehingga mereka tidak perlu lagi bergantung pada kunjungan agen grosir dan stok barang tersedia sesuai permintaan.
Gagasan awal Ula menawarkan pilihan produk, harga, dan modal untuk pemilik toko kecil agar dapat meningkatkan penghasilan mereka. Resmi hadir pada Januari 2020, Ula mendapakan pendanaan sebesar US$ 10,5 juta pada Juni lalu. Pendanaan tersebut dipimpin Sequoia India dan Lightspeed India.
Saat ini, Ula banyak beroperasi di Jawa Timur dan mulai masuk ke Jawa Tengah. Namun, mereka menargetkan ekspansi lebih luar ke seluruh pulau Jawa sepanjang tahun depan.
Editor: Ramadhan Triwijanarko