Bila sebuah memiliki hotel bersertifikat MUI, artinya hotel tersebut makanan dan minumannya halal untuk dikonsumsi kaum Muslim. Secara logika, turis di luar Muslim akan memiliki banyak halangan karena keterbatasan pilihan menu konsumsi. Tapi, nyatanya, itu tidak berlaku untuk hotel The Rhadana di wilayah Kuta, Bali.
Padahal, Bali menjadi tujuan utama turis dengan gaya hidup barat. “Kami merupakan hotel bersertifikat MUI yang mana makanan dan minumannya halal. Tidak ada alkohol. Namun, ternyata okupansi kami malah tinggi oleh turis asal Australia sebanyak 70%,” ujar Director of Revenue Management Oasis Hospitality Management Fitri Wulandari selaku grup pemilik hotel The Rhadana di ASEAN Marketing Summit 2015 di The Ritz-Carlton Pacific Place Jakarta pada Jumat (9/10/2015).
Fitri juga tidak menyangka bahwa hotelnya akan dipenuhi turis Australia yang notabene bukan Muslim. Sementara, okupansi wisatawan lokal hanya 20% saja. Sisanya didominasi turis Jepang dan Eropa. Dari riset kecil-kecilan yang dilakukan pihak hotel kepada turis Australia, ada alasan utama mengapa mereka memilih menginap di hotel yang aman untuk Muslim.
“Turis-turis Australia itu tahu bahwa hotel kami bersertifikat MUI dan tidak menyediakan alkohol sampai makanan non Muslim. Justru alasan mereka adalah karena hotel kami punya tingkat kebersihan luar biasa. Bahkan, ada turis mengatakan bahwa di The Rhadana tidak ditemukan debu sedikit pun,” terang Fitri.
Selain masalah kebersihan, Fitri melihat bahwa kelebihan yang ditawarkan The Rhadana adalah keunikan dan lokasi strategis. Keunikan itu dikarenakan setiap kamar memiliki tema berbeda. Dari 74 kamar tersedia, tidak ada satu kamar pun didekorasi dengan tema serupa. Dan, untuk menginap di sana pun relatif cukup terjangkau dengan harga mulai Rp 450.000 semalam termasuk sarapan.