Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sepanjang April 2023 nilai ekspor yang dicatatkan Indonesia sebesar US$ 19,29 miliar atau setara dengan Rp 285,8 triliun (kurs Rp 14.817 per US$). Jumlah tersebut menurun sebesar 29,40% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Imam Machdi, Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS menuturkan dibandingkan Maret 2023 (month-to-month/mtm) ekspor juga mengalami penurunan. Tercatat, penurunannya dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 17,62%.
BACA JUGA: BPS Laporkan Ekspor Maret 2023 Turun 11,33%
“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari hingga April 2023 mencapai US$ 86,35 miliar atau turun 7,61% dibanding periode yang sama tahun 2022. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$ 81,08 miliar atau turun 8,62%,” kata Imam dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin (15/5/2023).
Menurutnya, penurunan terbesar ekspor nonmigas April 2023 terhadap Maret 2023 terjadi pada komoditas logam mulia dan perhiasan atau permata sebesar US$ 573,4 juta. Adapun persentase penurunannya sebesar 52,30%.
BACA JUGA: Turun 4,15%, Ekspor Februari 2023 Senilai US$ 21,40 Miliar
Selanjutnya, peningkatan terbesar terjadi pada bijih logam, terak, dan abu sebesar US$ 166,8 juta. Tercatat, jumlah tersebut meningkat 26,16%.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil nonindustri pengolahan Januari hingga April 2023 turun 12,89% dibanding periode yang sama tahun 2022 (yoy). Demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 10,86%.
Sementara itu, ekspor hasil pertambangan dan lainnya naik 8,44%. Ekspor nonmigas pada April 2023 terbesar adalah ke Cina, yaitu US$ 4,62 miliar, disusul Amerika Serikat (AS) US$1,57 miliar dan India US$ 1,54 miliar.
Adapun kontribusi ekspor ketiga negara itu mencapai 42,92%. Sementara itu, ekspor ke wilayah Asia Tenggara (ASEAN) dan Uni Eropa sebanyak 27 negara masing-masing sebesar US$ 3,16 miliar dan US$ 1,44 miliar.
“Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari hingga April 2023 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 11,45 miliar dengan kontribusi 13,26%, diikuti Kalimantan Timur US$ 10,35 miliar atau 11,99% dan Jawa Timur US$ 7,76 miliar atau 8,98%,” tutur Imam.
Editor: Ranto Rajagukguk