Turun 5 Basis Poin, Rupiah Ditutup di Level Rp 15.555

marketeers article
Ilustrasi nilai tukar rupiah. (Sumber gambar: 123RF)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah tipis 5 basis poin pada perdagangan 15 Januari 2024 di level Rp 15.555. Penurunan rupiah terjadi lantaran pasar mempertahankan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga The Fed yang lebih cepat.

Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka menuturkan pelemahan rupiah diperkirakan masih terjadi hingga besok. Diperkirakan rupiah masih melemah di level Rp 15.530 hingga Rp 15.590 pada perdagangan esok hari.

BACA JUGA: Coldplay Konser di Jakarta, Ekonom: Tidak Berdampak bagi Nilai Rupiah

“Fokus kini tertuju pada pidato sejumlah pejabat The Fed pada minggu ini, yang diperkirakan akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai rencana bank tersebut untuk menurunkan suku bunga tahun ini. Data penjualan ritel AS juga akan dirilis akhir pekan ini diperkirakan akan menjadi faktor dalam prospek inflasi negara tersebut,” kata Ibrahim melalui keterangannya, Senin (15/1/2024).

Menurutnya, faktor eksternal lainnya yang memengaruhi turunnya nilai tukar rupiah, yakni Bank Rakyat Cina yang secara tak terduga mempertahankan suku bunga pinjaman jangka menengah. Langkah ini menunjukkan tidak adanya perubahan pada suku bunga acuan pinjaman pada bulan Januari.

BACA JUGA: Dampak Stabilisasi Rupiah dan Bayar Utang, Cadangan Devisa RI Turun

Langkah tersebut dilakukan lantaran pertumbuhan ekonomi Cina melebihi target yang ditetapkan pemerintah sebesar 5% pada tahun 2023. Meski begitu, pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan tahun 2022.

Sedangkan dari dalam negeri, pelemahan nilai tukar dipengaruhi oleh adanya penyusutan neraca perdagangan pada akhir 2023. Surplus neraca perdagangan pada Desember 2023 diprediksi sebesar US$ 1,83 miliar. 

Artinya, surplus neraca perdagangan lebih rendah dari surplus pada November 2023 yang senilai US$ 2,41 miliar.

“Ini menandakan penurunan keempat secara berturut-turut,” ujarnya.

Ibrahim melanjutkan ekspor diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -8,38% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Desember 2023, yang bulan sebelumnya juga terkontraksi -8,56%. Sementara itu, untuk Impor diramal tumbuh 0,68% yang pada bulan sebelumnya sebesar 3,29%.

“Kinerja perdagangan tetap lemah pada Desember 2023, karena permintaan masih stagnan karena ekonomi global yang lemah,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS