Twitter: Percakapan Tentang Belanja Bikin 76% Pengguna Ikut Belanja

marketeers article
Dwi Adriansah, Country Head Twitter Indonesia Memberikan Insight Terkait Belanja (FOTO: Marketeers/Bernad)

Layanan microblogging Twitter mengungkapkan sejumlah temuannya pada perubahan perilaku berbelanja pengguna platform. Hasilnya, perusahaan mengklaim pengguna Twitter sebanyak 76% disebut ikut berbelanja setelah terpapar percakapan tentang belanja yang ada di platform.

Dwi Adriansah, Country Head Twitter Indonesia mengatakan hal ini adalah temuan perusahaan pada pergeseran perilaku belanja pengguna yang mana mereka makin terbiasa belanja secara online sejak mulai menyesuaikan diri dengan situasi baru setelah pandemi di tahun 2021.

“Setiap harinya orang-orang datang ke Twitter untuk mencari informasi tentang brand dan produk baru, terlibat dan berdiskusi dalam percakapan terkait belanja, serta mencari atau bahkan memberikan rekomendasi tentang brand dan produk,” kata Dwi dalam paparannya, Rabu (26/10/2022).

Dwi memaparkan pengguna Twitter terdiri atas beragam kalangan umur. Namun, pengguna layanan microblogging terbanyak adalah dari kalangan usia 16 sampai 24 tahun dengan persentase 43%.

Sisanya diikuti oleh kalangan usia 25-34 tahun dengan persentase 30%, usia 35-44 persentase 18%, dan usia 45 tahun ke atas persentase 8%. Dengan usian 16 hingga 24 tahun menjadi mayoritas, pengguna dari kalangan generasi Z menjadi penentu suara terbanyak.

Sementara itu, jumlah percakapan mengenai belanja di Twitter berjumlah sebanyak 82 juta pada tahun lalu. Di Indonesia sendiri, jumlah percakapan tentang belanja di tahun lalu mencapai 48 juta percakapan.

Selain percakapan tentang belanja, percakapan tentang ulasan sebuah produk di Twitter juga memiliki pengaruh terhadap keputusan pengguna Twitter untuk membeli sebuah produk. Dwi memaparkan tiga dari empat gen Z di Indonesia mengatakan review produk membantu mereka memutuskan membeli barang.

Berdasarkan laporan Twitter tentang belanja, 55% orang-orang yang menggunakan Twitter pertama kalinya melihat brand di Twitter melalui iklan di layanan tersebut. Hal ini terjadi selama tahap product discovery (74%).

Saat melanjutkan tahap berbelanja, orang datang ke Twitter untuk membantu menentukan apa yang akan mereka beli (74%) karena mereka menganggap ulasan konsumen di Twitter lebih terpercaya dibandingkan yang ada di layanan media sosial lainnya (45%).

Pengalaman konsumen yang efektif berbeda pada setiap industri. Dengan menganalisis percakapan yang sedang terjadi di Twitter, brand memiliki peluang lebih baik untuk terhubung dengan audiens mereka dan menggunakan insights mereka ke dalam perencanaan kampanye.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related