Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia memandang investasi teknologi sebagai salah satu prioritas utama mereka tahun ini untuk meningkatkan daya saing bisnis. Hampir satu dari dua (48%) UKM Indonesia sadar bahwa investasi di bidang teknologi dapat mendorong kinerja bisnis.
Hal ini mengemuka dalam hasil studi ASEAN SMEs: Are you transforming for the future? yang dilakukan oleh United Overseas Bank (UOB), EY, dan Dun & Bradstreet.
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa 58% UKM Indonesia lebih memiliih untuk mengelola biaya dengan meningkatkan produktivitas daripada mengurangi gaji karyawan. Peningkatan produktivitas dapat melalui pelatihan karyawan, otomatisasi, penggunaan teknologi yang lebih canggih, dan penyederhanaan proses bisnis.
Paul Kan, Country Head Business Banking PT Bank UOB Indonesia mengatakan, ”UKM Indonesia menganggap penting investasi dalam hal teknologi dan menggunakannya sebagai sarana untuk meningkatkan produktivitas. Efisiensi biaya yang lebih baik dari penggunaan teknologi akan mendorong pertumbuhan bisnis.
“Contohnya, kami memiliki Bisnis Internet Banking Plus (BIBPlus) yang dapat membuat nasabah UKM akan kebutuhan perbankan mereka dan melakukan transaksi secara online dengan menggunakan perangkat mobile,” terang dia.
UOB BIBPlus, akunya, dapat membantu nasabah mengurangi waktu dan lebih efisien dalam mengelola bisnis.
Pandangan Optimistis
Studi ini juga mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara kedua dari enam negara yang disurvei yang memiliki pandangan optimistis akan adanya pertumbuhan pendapatan pada tahun 2018.
Sekitar 63% UKM memandang bahwa pertumbuhan pendapatan akan tetap terjadi pada tahun ini meskipun berada di tengah tantangan ekonomi global, seperti meningkatnya biaya dan lambatnya produktivitas.
Sementara itu, UKM Vietnam adalah yang paling optimistis akan adanya pertumbuhan pendapatan tahun ini (67%).
Krisantus Veni Calix, Direktur Dun & Bradstreet Indonesia berkomentar, optimisme datang dari lingkungan bisnis yang semakin kondusif.
“UKM diharapkan memperoleh efisiensi lebih lanjut dari 16 paket reformasi ekonomi pemerintah yang telah dilaksanakan dan buat peraturan untuk mendorong inovasi, seperti Program Start-up Incubator.
Di samping itu, sambungnya, pemerintah telah menyediakan beragam insentif bagi UKM Indonesia, seperti proses aplikasi perizinan bisnis yang lebih efisien, insentif pajak, akses yang lebih luas ke kredit, rantai pasokan global, serta peluang pertumbuhan bisnis yang lebih besar.
“Selain itu, konsumsi swasta Indonesia yang stabil dan penurunan jumlah kebangkrutan diharapkan dapat menstabilkan lingkungan kredit,” kata Krisantus.
Sebagai tulang punggung ekonomi nasional yang menyumbang lebih dari 50% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, UKM telah menjadi salah satu sektor paling strategis.
Studi ASEAN SME: Are we transforming the future? ini dilakukan pada akhir 2017 terhadap lebih dari 1.200 UKM di enam negara ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Tujuan survei adalah untuk memahami bagaimana UKM ASEAN memposisikan diri untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan kawasan dan beradaptasi dengan perubahan di depan mata.
Editor: Sigit Kurniawan