Popok sudah menjadi barang wajib bagi bayi yang baru lahir. Akan tetapi, sampai saat ini, popok-popok yang ada di pasaran diciptakan untuk bayi dengan berat badan normal. Lantas, bagaimana dengan bayi berbobot rendah? Melihat kondisi tersebut, PT Uni-Charm Indonesia membuat terobosan lewat merek popoknya Mamy Poko.
Perusahaan asal Jepang ini telah meluncurkan popok khusus bayi berat lahir rendah (BBLR) yang salah satunya disebabkan oleh kelahiran prematur. Langkah itu diambil Uni-Charm melihat angka kelahiran bayi BBLR di Indonesia adalah yang terbesar kesembilan di dunia, atau 15,5% dari setiap kelahiran bayi.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan bahwa BBLR terjadi ketika bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Bayi ini biasanya memiliki berat badan kurang dari 2,5 kilogram (kg). Kondisi ini membuat angka kematian bayi di bawah satu tahun tinggi di Indonesia.
Marketing Manager PT Uni-Charm Indonesia Masaki Isibashi mengatakan, banyak orang tua yang mau tidak mau membeli popok bayi ukuran normal untuk bayi prematur mereka. Kendati yang dibelinya adalah ukuran yang paling kecil, tetap saja popok tersebut terlalu besar bagi bayi prematur.
“Hal ini bisa membahayakan bayi. Sebab, popok menutupi permukaan dada bayi, yang membuat bisa sulit bernapas,” kata Isibashi, saat konferensi pers Mamy Poko Preemie Care di Hotel Marriot Jakarta, Selasa, (22/9/2015).
Produk yang dilabeli dengan merek Mamy Poko Premiee Care ini memiliki tiga jenis ukuran, yaitu untuk bayi dengan berat badan 2 kg – 2,5 kg, ukuran 1 kg – 2 kg, ukuran di bawah 1 kg.
Brand Manager Uni-Charm Indonesia Teuku Winnetou menuturkan, Mamy Poko Preemie ini tidak dipasarkan di ritel-ritel modern dan apotik bebas. Melainkan, hanya didistribusikan di rumah sakit, puskesmas, beserta kliniknya.
“Sebab, idealnya, BBLR baru boleh ditangani di luar rumah sakit setelah berat bayi mencapai 2,5 kg. Namun, konsumen bisa membelinya di apotik-apotik rumah sakit,” terangnya.
Sampai saat ini, Uni-Charm baru menjangkau 500 rumah sakit di Indonesia. Hingga akhir tahun, produk tersebut telah terdistribusi ke 200 rumah sakit seluruh Indonesia.
“Permintaan dokter dan rumah sakit sangat tinggi. Mengingat angka BBLR di Indonesia sangat besar. Dari 100 kelahiran bayi per bulan, 50% dikategorikan BBLR,” terang Winn, sapaan Winnetou.
Winn juga bilang, kehadiran produk tersebut bukan untuk menggenjot pendapatan perusahaan. Sebab, pasar yang dibidik sangat niche atau ceruk. “Kontribusinya secara value bagi Mamy Poko hanya 5%. Namun, kontribusi sosialnya yang sangat tinggi,” tambah Winn.