Unilever Indonesia Motivasi Talenta Ciptakan Lingkungan Kerja Positif
PT Unilever Indonesia Tbk (Unilever) berkolaborasi dengan Campus Marketeers Club menyelenggarakan webinar bertajuk “Creating Positive Vibes at Work: Tolerance is Key”. Acara yang berlangsung pekan lalu tersebut sukses menarik minat lebih dari 300 mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia.
Pada webinar kali ini, mahasiswa dibekali dengan kesadaran mengenai apa yang harus mereka siapkan ketika mulai memasuki dunia kerja. Salah satunya memiliki vibe positif dengan mengedepankan nilai-nilai kesetaraan, keberagaman, dan inklusivitas.
“Unilever Indonesia berkomitmen terus berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Ini kami wujudkan dengan berbagai upaya misalnya dengan pelaksanaan webinar ini yang bertujuan mengedukasi Gen Z untuk semakin peka dan berani mengambil aksi nyata dalam menindaklanjuti segala bentuk intoleransi yang mungkin mereka hadapi di lingkungan kerja nantinya,” tutur Kristy Nelwan, Head of Communication Unilever Indonesia.
Salah satu bentuk intoleransi yang masih kerap terjadi adalah workplace bullying, yaitu serangkaian perilaku yang dilakukan secara sengaja dan berulang untuk mengintimidasi, menjatuhkan, atau menyakiti orang lain di tempat kerja.
Contohnya beragam mulai dari kekerasan fisik, verbal, pengucilan, sabotase pekerjaan, dan lainnya. Ternyata masih banyak yang belum tahu bahwa workplace bullying bisa dilakukan secara langsung, maupun secara online (via telepon, atau cyberbullying).
Tara de Thouars, Psikolog Klinis Dewasa menyampaikan berdasarkan penelitian McKinsey & Company, Gen Z merupakan generasi yang sangat terbuka dengan perbedaan. Hal itulah yang menonjol dari mereka dan menjadikannya Undefined ID atau generasi yang menghargai individu tanpa memberi label tertentu.
“Karakteristik Gen Z ini memungkinkan mereka menjalani kehidupan dunia kerja yang lebih bertoleransi. Lalu, apa yang sebenarnya dibutuhkan untuk lingkungan kerja yang positif? Pertama, open minded sehingga ketika bertemu dengan orang yang berbeda dari segi apapun bahkan pemikiran bukanlah masalah. Kedua, toleransi. Hal inilah yang dibutuhkan untuk membangun hubungan baik antarkaryawan,” ujar Tara.
Sebuah studi yang dilakukan Randstad Workmonitor tahun 2022 menunjukkan, sebanyak 41% Gen Z tersebar di Eropa, Asia Pasifik, dan Amerika lebih memilih menganggur dibandingkan tidak bahagia di tempat kerja.
Kesetaraan, keberagaman, dan inklusivitas ternyata juga menjadi tolok ukur bagi kebahagiaan Gen Z di tempat kerja. Sebesar 41% responden mengatakan tidak akan memilih tempat kerja yang tidak mempromosikan keragaman dan inklusivitas.
Hal ini kemudian menjadi tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan ketika mengakuisisi talenta baru. Ada faktor penting yang dicari Gen Z di calon tempat kerjanya yaitu toleransi di setiap level organisasi.
Tidak hanya perusahaan yang harus bersiap. Demi kenyamanan di lingkungan kerja, sebagai calon karyawan, talenta juga sebaiknya memastikan bahwa mereka memilih perusahaan yang berpihak pada kesetaraan, keberagaman, dan inklusivitas.
“Unilever Indonesia memiliki zero tolerance terhadap workplace bullying. Kebijakan itu pun diatur dalam kode etik berbisnis yang bernama respect, dignity, and fair treatment (RDFT). Ini berlandaskan kepercayaan bahwa bisnis hanya dapat berkembang di masyarakat yang menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia,” ucap Kristy.
Terkait aksi workplace bullying, Unilever Indonesia memiliki jalur pengaduan khusus yang disebut Speak-Up Channel, Whistleblower System dengan jaminan kerahasiaan penuh sebagai salah satu sarana bagi karyawan untuk menyampaikan adanya penyimpangan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku. Perusahaan juga aktif mendorong karyawan untuk bertanggung jawab dan berinisiatif jika melihat potensi pelanggaran.
“Kami harap berbagai insights yang dibagikan dalam webinar ini dapat membekali adik-adik mahasiswa maupun mereka yang sudah meniti karier dengan pengetahuan dan kemampuan untuk memilih dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih toleran, setara dan inklusif di masa depan. Selain itu, semoga program seperti ini juga dapat terus menginspirasi sebanyak mungkin perusahaan maupun organisasi untuk memperkuat kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kesetaraan, keberagaman dan inklusivitas,” kata Kristy.
Editor: Ranto Rajagukguk