Universal BPR: Berjualan Produk BPR Perlu Pendekatan Khusus

marketeers article

Berbisnis produk Bank Perkreditan Rakyat memiliki tantangan yang cukup besar mengingat eksistensi dan pergerakan mereka tidak seperti perusahaan perbankan. Dengan kondisinya, para pemain BPR pun harus jeli melihat peluang dan pendekatan pemasaran yang tepat di segmennya. Seperti yang dilakukan oleh Universal BPR. Bagi mereka, pasar BPR di Indonesia membutuhkan pendekatan khusus. Apa yang mereka lakukan?

“Kami saat ini memiliki fungsi layanan untuk menghimpun dana, memberikan kredit, dan menyediakan pembiayaan. Kami pun berupaya untuk memberikan produk yang menarik, pendekatan yang intim dan melakukan upaya jemput bola,” jelas Reyhan Satyahadi, Direktur Utama Universal BPR saat acara peluncuran logo baru mereka di kantornya beberapa waktu lalu.

Untuk memperkuat upayanya, Universal BPR pun melakukan rebranding logo mereka. Semangat logo baru itu pun diturunkan ke produk dan layanan yang mereka tawarkan, termasuk pengembangan tenaga sdm Universal BPR. Salah satu Program yang ditawarkan oleh Universal BPR adalah program Tabungan Universal SuperMan, (Super Bunganya, Mantap Hadiahnya).

Salah satu daya tarik dari program baru Universal BPR ini yakni berani memberikan banyak hadiah juga bunga yang tinggi sampai dengan 7% setingkat deposito. Universal BPR pun mengadakan program undian berhadiah sepanjang tahun ini, berupa ada dua Unit New Toyota Rush, lima Unit Yamaha MIO dan ribuan hadiah langsung.

“Di pasar ini, kami membidik konsumen kelas menengah. Baik itu perorangan maupun konsumen korporasi. Banyak dari konsumen kami adalah seorang eksekutif juga pengusaha,” ujar Reyhan.

Bermain di pasar Bekasi, Bintaro dan beberapa kota satelit, Universal BPR memilih pendekatan komunitisasi. Mereka kerap mengadakan beragam kegiatan dengan banyak komunitas di sekitar mereka. Mulai dari memberikan tempat secara gratis untuk komunitas yang ingin mengadakan kegiatan, arisan, dan sebagainya.

“Harapannya, kami bisa semakin dekat dengan komunitas di sini. Karena dalam bisnis ini, kami perlu pendekatan human-to-human, face-to-face, dan menjemput konsumen kami,” tutup Reyhan.

Editor: Sigit Kurniawan

Related