Berdasarkan data penilaian Logistic Performance Index (LPI) terhadap enam indikator, yakni efisiensi proses di kepabeanan, kualitas infrastruktur, biaya pengiriman yang kompetitif, kompetensi dan kualitas jasa logistik, kemampuan melacak dan menelusuri dan waktu tempuh, Indonesia menempati posisi 46 pada tahun 2018.
Meskipun meningkat signifikan dari posisi 63 pada tahun 2016, namun kinerja logistik Indonesia masih kalah dibanding Singapura yang berada di peringkat 7, Thailand 32, Vietnam 39, dan Malaysia di peringkat 41.
Mahalnya ongkos logistik di Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu faktor rendahnya daya saing produk-produk Indonesia di pasar global. Namun, memasuki era digitalisasi, para pemain logistik di Indonesia perlu memanfaatkan teknologi untuk meringkas dan efisien dalam prosesnya.
Komitmen teknologi ini sudah disiapkan oeh BGR Logistics. Menurut Direktur Utama BGR Logistics, M. Kuncoro Wibowo, menghadapi era industri 4.0, perusahaan logistik sudah seharusnya melakukan transformasi. Hal tersebut untuk menjawab kebutuhan pelangganl yang menginginkan informasi yang cepat dan akurat untuk memonitor pergerakan barang yang dimiliki.
BGR Logistics berencana menyediakan National Warehouse Commodity untuk keperluan yang lebih luas dan tidak terbatas pada pergudangan. Dimana dengan konsep tersebut, diharapkan BGR Logistics dapat membantu pemerintah dalam mendapatkan data komoditas strategis yang akurat sekaligus mengelola gudang untuk komoditas tersebut.
“Dengan National Warehouse Data Commodity ini akan banyak memberikan manfaat kepada pemerintah dan pengguna jasa untuk mengeluarkan kebijakan berdasarkan data yang dikeluarkan dari sistem tersebut,” terang Kuncoro.
Kuncoro mengatakan, saat ini BGR telah Logistics telah membangun Warehouse Integrated Application (WINA) dan Fleet Integrated and Order Monitoring Application (FIONA). “Aplikasi yang kami bangun bertujuan untuk membantu kebutuhan logistik pelanggan, dan siap dikembangkan menjadi National Warehouse Data Commodity,” terang Kuncoro.
Selain itu, Kuncoro menambahkan bahwa dengan aplikasi yang dibangun oleh BGR Logistics tersebut, dapat memantau pergerakan barang milik principal/ pelanggan dan diawasi oleh kantor pusat melalui Command Center yang dimiliki BGR Logistics. “Semua pergerakan barang di gudang ataupun saat berada dalam proses distribusi termonitor oleh kami,” tambahnya.
Aplikasi logistik WINA dan FIONA yang dimiliki BGRLogistics, dapat diintegrasikan dengan aplikasi di pelabuhan milik Pelindo II ataupun otoritas pelabuhan, untuk mendukung sistem logistik nasional. Pergerakan barang, sejak masuk ke pelabuhan, hingga terdistribusi ke gudang-gudang maupun kepada end user akan termonitor. Dengan adanya sistem ini, para prinsipal nantinya dapat fokus terhadap pengembangan bisnisnya masing-masing.
Editor: Sigit Kurniawan