Industri fesyen disebut-sebut sebagai industri yang masih tidak ramah lingkungan. Diungkapkan oleh zerowaste.id, produsen pakaian HnM pada tahun 2017 menghasilkan setidaknya 19 ton celana jeans. Jumlah ini belum termasuk brand-brand lain yang ikut meramaikan industri ini.
Isu ini terus berkembang hingga hadirnya brand-brand fesyen yang mengangkat pelestarian dan keberlangsung sebagai nilainya. Di Indonesia, hal ini salah satunya dilakukan oleh Sejauh Mata Memandang. Tidak berhenti pada produksi pakaian dan tekstil yang bertanggung jawab, Sejauh Mata Memandang mengumumkan keterlibatannya terhadap aturan Jakarta Bebas Kantong Plastik Sekali Pakai yang digagas Pemprov DKI Jakarta.
“Kami tidak ingin berhenti mendukung gerakan pelestarian lingkungan lewat koleksi mode yang kami keluarkan, tapi juga mendukung gerakan-gerakan serupa yang mematangkan nilai dari brand Sejauh Mata Memandang,” kata Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang.
Dukungan ini diwujudkan dalam bentuk peran Sejauh Mata Memandang sebagai kolaborator Jakarta Bebas Kantong Plastik Sekali Pakai. Mulai tanggal 1 Juli 2020, Sejauh Mata Memandang meluncurkan berbagai kegiatan untuk menyukseskan program ini.
Diskusi dengan organisasi pecinta lingkungan Greenpeace dan Diet Kantong Plastik menjadi program pertama. Diskusi ini menyasar masyarakat Jakarta sebagai tujuan edukasi mengenai kesadaran untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai.
Kembali ke DNA-nya sebagai brand dari industri kreatif, Sejauh Mata Memandang juga berkolaborasi dengan fotografer Davi Linggar. Kolaborasi pemotretan Bantar Gebang yang diklaim sebagai salah satu wajah baru Jakarta ini akan dipamerkan. Tujuannya, untuk membangun kesadaran masyarakat bahwa mengurangi penggunaan plastik sekali pakai juga dapat membantu pengembangan suatu wilayah berikut masyarakatnya.
“Produsen pakaian juga turut andil dalam menciptakan limbah produksi dan terbukti menjadi salah satu penyumbang terbesar di dunia. Lewat kolaborasi ini, Sejauh Mata Memandang mewujudkan perannya sebagai pelaku industri fesyen dalam menjaga lingkungan sekaligus pemantik bagi pelaku industri yang sama untuk melakukan aksi serupa,” tutup Chitra.
Editor: Ramadhan Triwijanarko