Indonesia tengah berupaya membidik pasar Eropa untuk menambah jumlah ekspor Makanan dan Minuman (Mamin) nasional di wilayah tersebut. Langkah strategis ini diimplementasikan dengan memboyong 18 pelaku usaha mamin Indonesia tampil di ajang Salon International de l’Alimentation (SIAL) Paris 2018.
Mereka menempati area seluas 180m2 di Paviliun Indonesia untuk mempromosikan produk-produk unggulan kepada para pengunjung pameran mamin yang digelar setiap dua tahun sekali ini. Kegiatan yang sudah berlangsung pada 21-25 Oktober 2018 ini diperkirakan dihadiri sebanyak 155.000 orang pengunjung dan melibatkan 7.020 peserta dari 109 negara.
Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional Ditjen KPAII Kemenperin, Tony T.H Sinambela mengatakan proses seleksi calon peserta telah dilakukan mulai awal tahun ini melalui pendaftaran terbuka di laman http://pameranln.kemenperin.go.id dengan melibatkan para kurator yang berkompeten di bidangnya.
“Ini kesempatan yang sangat bagus, karena merupakan salah satu pameran Business to Business (B2B) terbesar di dunia. Selain itu, sebagai bentuk nyata dukungan pemerintah kepada industri makanan dan minuman nasional untuk mengembangkan aksesnya ke pasar internasional,” tambah Plt. Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Ngakan Timur Antara di Jakarta, Minggu (28/10/2018).
Menurut Ngakan, industri mamin merupakan salah satu sektor andalan karena mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. “Maka itu, sektor ini yang tengah diprioritaskan pengembangannya dalam memasuki era revolusi industri 4.0 di Indonesia. Apalagi, industri makanan dan minuman nasional telah berdaya saing global,” jelasnya
Implementasi Making Indonesia 4.0 diyakini mampu mengatrol ekspor makanan dan minuman olahan nasional hingga empat kali lipat, dari target tahun ini sekitar US$ 12,65 miliar yang akan menjadi sebesar US$ 50 miliar pada 2025. “Apabila nilai ekspor produk makanan dan minuman, juga dihitung termasuk minyak kelapa sawit, pada tahun 2017 mencapai US$ 31,7 miliar,” ungkap Ngakan.
Kemenperin mencatat ekspor produk makanan dan minuman Indonesia ke Uni Eropa pada tahun 2017 mencapai US$14 miliar. Sementara periode Januari-Juli 2018, ekspor produk makanan dan minuman Indonesia ke Perancis pada tahun 2017 sebesar US$8,21 juta.
Pada pameran SIAL Paris 2018 ada sembilan pelaku industri kecil dan menengah (IKM) sektor mamin yang diboyong. Kesembilan perusahaan lain merupakan binaan KBRI di Paris. “Mereka yang terseleksi berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, dan dengan keberagaman produk,” ujarnya.
Ke-18 perusahaan Indonesia tersebut adalah Mignon Sista Internasional (minyak esensial, biji vanilla, moringa, daun kari, jeruk purut), Kawanasi (fruit chips), Java Peppers Industries (cabai ceri, cabai rawit dan aneka sambal), Manna Anugrah Sejahtera (gula kelapa, gula arenga, sirup nektar organik), Karsa Abadi Madeteas (teh herbal), Hitara Cipta Selaras (black garlic), dan Biobali Internasional (minyak organik).
Selanjunya, Mitra Ayu Adi Pratama (ekstrak pandan, Mace oil and Mace oleoresin, minyak pala dan oleoresin, minyak lada hitam, minyak jahe dan Ginger Oleoresin, minyak Massoia, dan esktrak kopi), Pondok Daya (gula kelapa organik, kacang pili natural), Danora Agro Prima (spesialis produk cocoa), Siantar Top (makanan ringan), dan Javara (bumbu makanan, produk kelapa).
Ada pula Universal Trading (canned seafood), Nison Indonesia (canned seafood), Sari Segar Husada (produk kelapa), Coco Sugar Indonesia (gula kelapa), Mayora (makanan ringan dan kopi), dan Interaromat (makanan ringan, teh dan kopi).
Editor: Sigit Kurniawan