Perekonomian di berbagai daerah di Indonesia selama pandemi COVID-19 sempat mencatat performa buruk. Beberapa daerah bahkan mengalami pertumbuhan di bawah nol. Namun hal ini tidak dialami oleh Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan data Bank Indonesia Kalimantan Timur, provinsi ini mengalami pertumbuhan positif 1,27% (YoY) pada Triwulan I 2020.
“Pertumbuhan ini menjadikan Provinsi Kalimantan Timur sebagai yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia,” tutur Tutuk Cahyanto, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur di acara Government Round Table, Senin (03/08/2020).
Pertumbuhan ini ditopang oleh kinerja industri pengolahan yang tumbuh tinggi. Namun, pertumbuhan ini tetap tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya akibat adanya perlambatan di sektor pertambangan. Padahal provinsi ini merupakan salah satu pengekspor batu bara di tingkat global.
Lebih lanjut, perlambatan juga terjadi pada konsumsi masyarakat. Apalagi pelaku UKM yang sangat berperan besar dalam menjaga keseimbangan konsumsi sempat terhambat operasionalnya akibat adanya pandemi. Tutuk mengatakan, hal ini membuat Bank Indonesia Kalimantan Timut semakin gencar dalam mendigitalisasi pelaku UKM agar mereka tetap dapat beroperasi dan menyeimbangkan konsumsi serta pendapatan daerah.
“Kami kemudian memaksimalkan penggunaan QRIS (Quick Response Indonesia Standard untuk mempermudah transaksi kepada pelaku UKM. Kami berharap dengan adanya 70 ribu merchant yang terlah bergabung di ekosistem QRIS dapat melancarkan konsumsi di Kalimantan Timur,” lanjut Tutuk.
Strategi-strategi Bank Indonesia dalam rangka memaksimalkan pertumbuhan ekonomi daerah terutama Kalimantan Timur mulai membuahkan hasil. Menurut Tutuk, pada Triwulan II 2020, sektor-sektor yang melemah mulai mengalami kontraksi. Dirinya menargetkan pertumbuhan yang semakin normal menjelang akhir Triwulan III 2020. Tentu, dengan strategi yang semakin diperkuat untuk menjaga perekonomian.
“Provinsi Kalimantan Timur setidaknya harus melakukan dua hal untuk menjaga kualitas pertumbuhan ekonomi pasca pandemi. Pertama, hilirisasi SDA seperti produksi batu bara, petrokimia, dan CPO. Kedua, mulai mengembangkan renewable energy dalam pemanfaatan sungai-sungainya,” tutup Tutuk.