Upaya Kemenparekraf Dorong Iklim Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia
Tidak hanya bangkit dari situasi setahun terakhir, destinasi wisata di Indonesia saat ini memiliki misi untuk membangun iklim pariwisata berkelanjutan. Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Hari Santosa Sungkari mengungkapkan untuk menjadi sustainable ada tiga hal yang penting untuk diperhatikan.
Pertama, environmental sustainability yaitu menjaga lingkungan. Kedua, menjaga kultur dan kearifan lokal. Ketiga, agar destinasi itu dapat sustain maka harus didukung ekonomi yang berkesinambungan sehingga destinasi tetap bisa menerima pendapatan untuk kesejahteraan. Karena, tujuan dari pariwisata sendiri adalah memberikan dampak ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
Berdasarkan Travel and Tourism Competitiveness Index 2019, pariwsata Indonesia berada di urutan ke-40. Posisi ini tentunya bukan hal yang memuaskan. Dan, jika dilihat kembali, ada lima poin yang menjadi kelemahan pariwisata Indonesia.
“Pertama, environmental sustainability yaitu hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan. Indonesia mendapatkan sorotan lain pada sektor kesehatan dan higienis, infrastruktur turis, keselamatan dan keamanan, serta kesiapan TIK,” tutur Hari dalam acara The 6th Strategic Discussion: Redefining Sustainable Tourism Roadmap yang digelar virtual.
Untuk memperbaiki poin-poin tersebut, pemerintah menyiapkan rencana pengembangan pariwisata guna mewujudkan pariwisata berkualitas. Beberapa langkah yang disiapkan adalah peningkatan daya dukung sosial dan lingkungan, tata kelola destinasi, ketersediaan serta kualitas amenitas dan transaksi.
“Peningkatan daya dukung sosial dan lingkungan ini diwujudkan dengan pengembangan kualitas SDM, meningkatkan kesiapan masyarakat sebagai tuan rumah, penyedia dan pengelola jasa wisata, serta kelestarian sumber daya alam dan lingkungan,” ungkap Hari.
Peran SDM juga penting dalam mendapatkan pariwisata yang sustain. Misalnya saja ketika membahas pengolahan sampah. SDM yang mampu mengelola infrastruktur sangat dibutuhkan. Dan, edukasi atau latihan mengenai pengelolaan saja tidak cukup. Aspek penting lain harus diperhatikan yaitu pembiasaan kegiatan pengelolaan sampah agar menjadi karakter bangsa. Upaya ini memerlukan usaha dan waktu yang cukup panjang.
Sedangkan, peningkatan tata kelola destinasi sendiri fokus pada pengaturan untuk memastikan destinasi wisata tidak over crowded. Dengan kerja sama berbagai pihak dan pembagian tanggung jawab, diharapkan destinasi wisata bisa menjadi lebih siap dalam mengelola risiko. Misalnya, mitigasi dampak bencana dan over tourism.
Secara keseluruhan, untuk mendorong pariwisata berkelanjutan, pemerintah melalui Kemenparekraf telah merencanakan percepatan penyediaan aksesibilitas, amenitas, dan atraksi (3A) yang diimbangi dengan berbagai persiapan lainnya. Mulai dari SDM, standar kebersihan dan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, penarikan investasi, hingga promosi.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz