Penyakit gagal jantung menjadi penyakit yang mengancam nyawa ketika mana otot jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan darah dan oksigen pada tubuh. Data registri gagal jantung Kelompok Kerja (Pokja) menunjukkan kontribusi terbanyak sebagai penyebabnya di Indonesia adalah penyakit jantung koroner, hipertensi dan diabetes. Sementara faktor risiko tambahannya seperti obesitas, dislipidemia, gangguan fungsi ginjal, gaya hidup tidak sehat, dan obstructive sleep apnea.
Berangkat dari situ, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mengadakan webinar edukasi yang bertajuk Cara Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kardiovaskular Demi Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Gagal Jantung. Kegiatan ini tak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, namun sekaligus pencegahan sejak dini dan kepatuhan dalam pengobatan penyakit ini untuk menekan angka kematian dan mencegah rawat inap berulang.
Pasalnya, berdasarkan data dari InaHF Carmet, 17,2 pasien gagal jantung di Indonesia meninggal saat perawatan di rumah sakit dan 11,3% meninggal dalam satu tahun perawatan serta 17% mengalami rawat inap berulang akibat memburuknya gejala. Siti Elkana Nauli selaku ketua Pokja Gagal Jantung PERKI mengungkap penyakit ini bersifat kronis dan progresif. Jadi, jika tidak ditangani dengan baik, angka kematian global akibat penyakit ini diperkirakan dapat meningkat hingga lebih dari 23,3 juta setiap tahunnya pada tahun 2030.
“Berdasarkan pedoman tata laksana gagal jantung oleh PERKI tahun 2020, ada tiga pilar utama dalam pengobatannya. Pertama Renin Angiotensin Aldosteron (RAS) blocker, Betablocker dan Mineraloreceptor antagonist (MRA) sebagai lini pertama pengobatan gagal jantung kronik selama tidak ditemukannya kontrindikasi,”ujar dr. Siti.
Ia menambahkan bahwa akhir tahun lalu, Pokja merilis tulisan ilmiah mengenai SGLT2-1 yang direkomendasikan sebagai tambahan terapi pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (FEVKi) ≤ 40% dan sudah tersedia di Indonesia.
Menurut Dr. dr. Isman Firdaus selaku Ketua PP PERKI menekankan bahwa PERKI turut berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat dan tenaga kesehatan terkait penyakit in. Ia menambahkan pentingnya bagi semua pemangku kepentingan untuk bekerja sama secara berkesinambungan dalam upaya promotif, preventif, diagnosis dan pengobatan untuk penanggulangan penyakit gagal jantung yang lebih baik.
“Untuk mencegahnya, penting untuk memulai hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter tentang tatalaksana faktor risiko gagal jantung yang tepat. Terlebih lagi untuk memeriksakan kesehatan jantung sejak dini terutama jika ada keluhan nyeri dada, berdebar, mudah capek, kaki bengkak atau sesak nafas. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah/kardiolog akan melakukan pemeriksaan jantung non-invasif awal seperti ekokardiografi, holter atau treadmill test,” tutup Isman.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz