Berbagai tantangan hadir di industri konstruksi seiring terjadinya masa krisis karena pandemi. Adanya peraturan pemerintah untuk menekan penyebaran virus mengharuskan adapatasi dengan keadaan baru, terlebih adaptasi dengan protokol kesehatan.
Bagi Budi Suanda, Kepala Divisi Perencanaan Strategis dan Teknologi PT PP (Persero) Tbk, menjelaskan pandemi COVID-19 menimbulkan banyak tantangan bagi industri ini. Terlebih karena adanya penerapan jaga jarak atau physical distancing dari pemerintah.
“Pysical distancing ini bermakna bahwa kita akan bekerja secara digital tanpa melupakan cara-cara offline, maka dari itu krisis kali ini berdampak besar namun memiliki potensi besar juga,” ujar Budi pada acara Industry Roundtable: Surviving The COVID-19, Preparing The Post, Jumat (12/06/2020).
Ia menambahkan pandemi ini dapat menjadi momentum menginovasi bisnis dan mempercepat digitalisasi di dunia konstruksi. Sayangnya, industri konstruksi memiliki low digital culture. Sehingga menjadi tantangan tersendiri.
Tetapi bukan berarti tranformasi digital tidak dapat dilakukan. Budi menjelaskan, perusahaannya telah menjalankan kebijakan implementasi konstruksi digital. Salah satunya adalah dengan melakukan inspeksi secara digital menggunakan drone untuk meminimalisir penyebaran virus.
Ketidakpastian kapan pandemi berakhir pun menambah tantangan bagi industri konstruksi. Ditambah dengan berbagai tantangan dari krisis lainnya seperti fluktuasi harga minyak dunia hingga tidak stabilnya mata uang menambah deretan panjang tantangan industri konstruksi.
“Dan sebenarnya industri konstruksi ini yang paling tinggi untuk terinfeksi karena membutuhkan SDM yang banyak. Karena itu, pengawasan serta menjaga protokol kesehatan pada industri ini menjadi sangat penting,” tambahnya.
Namun, kebutuhan infrastruktur dan kontributor industri ini terhadap penguatan ekonomi dalam negeri membuat konstruksi diprediksi akan mengalami pemulihan paling cepat, seperti yang terjadi pada masa krisis sebelum-sebelumnya.
Editor: Ramadhan Triwijanarko