Industri fesyen muslim di Indonesia terus berkembang. Menurut The State Global Islamic Report tahun 2019-2020, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara yang mengembangkan fesyen muslim terbaik di dunia setelah Uni Emirat Arab dan Turki.
Melihat kesempatan ini, Tokopedia dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparkeraf) dan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin). serta para pelaku industri fesyen muslim lokal, menginisiasi kampanye #RamadanBanggaLokal untuk memajukan industri sekaligus membantu menggerakkan roda perekonomian syariah di tengah pandemi.
Kampanye ini rencananya diadakan pada 13-17 Mei 2020 di platform Tokopedia dengan melibatkan sejumlah pelaku industri fesyen muslim lokal seperti Aleza Nadjani, Kami, Gahisani, Irsalina, Buttonscarves, RA Hijab, Duha Muslimwear, Ederra, dan masih banyak lagi.
CEO dan Founder Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan, kampanye ini merupakan bagian dari payung kampanye#JagaEkonomiIndonesia, yang sebelumnya digagas sebagai upaya Tokopedia dalam menjaga ekonomi Indonesia pada masa pandemi COVID-19.
“Kolaborasi antara Tokopedia dengan Kemenparekraf, Kemenperin, dan pelaku industri fesyen lokal ini adalah upaya bersama dalam memastikan industri fesyen muslim tetap terjaga dengan memungkinkan para pebisnis lokal dapat terus berbisnis daring lewat Tokopedia,” ujar William dalam siaran pers.
Melalui kampanye ini, Tokopedia membantu pebisnis fesyen muslim lokal dengan memberikan pendampingan, akses dan edukasi yang dibutuhkan termasuk peningkatan kualitas produksi hingga pemasaran.
Zyta Della, pendiri ZytaDella mengaku, selama masa pandemi penjualan produk fesyen mereka mengalami penurunan hingga 40%. Adanya inisiatif dari Tokopedia serta Kemenparekraf dan Kemenperin diharapkan dapat mendongkrak penjualan di industri fesyen muslim lokal.
Di satu sisi, kinerja ekspor industri pakaian jadi sepanjang tahun 2019 menunjukkan angka positif mencapai US$ 8,3 miliar. Pada Januari-Februari 2020, ekspor industri ini bahkan menembus US$ 1,38 miliar.
Editor: Ramadhan Triwijanarko