Bagi bangsa Indonesia, masalah pendidikan masih membutuhkan perhatian besar. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyatakan bahwa diaspora Indonesia yang ada di luar negeri dapat menjadi salah satu solusi untuk masalah tersebut. “Dari enam juta diaspora Indonesia yang ada di luar negeri, akan sangat besar kontribusinya bila masing-masing orang bersedia untuk mengadopsi satu anak Indonesia untuk melanjutkan sekolah,” ujar Gita dalam Charity Gala Dinner Kongres Diaspora Indonesia ke-2 di Jakarta.
Bila setiap diaspora mengadopsi satu anak Indonesia untuk disekolahkan per tahun, maka dalam lima hingga sepuluh tahun jumlahnya akan sangat besar. Sekitar 60 juta anak Indonesia dapat melanjutkan sekolah dan mengenyam pendidikan yang layak. Hal ini adalah investasi untuk meningkatkan value chain bangsa Indonesia 20 hingga 30 tahun mendatang.
Gita mengilustrasikan pentingnya pendidikan dalam konteks ekonomi. “Jumlah uang yang harus dikeluarkan 250 juta orang Indonesia untuk konsumsi barang dan jasa selama 20 tahun mendatang adalah sekitar USD 36 triliun. Ini adalah 60% dari akumulasi GDP Indonesia 20 tahun lagi,” kata Gita.
Dengan melihat angka tersebut, aspirasi yang harus muncul dalam benak setiap orang adalah bagaimana menyediakan produk dan jasa yang merah putih. Jangan sampai potensi itu dimanfaatkan oleh orang lain sementara bangsa Indonesia hanya menjadi penonton. Gita menekankan bahwa setiap orang berperan penting untuk menciptakan dan memastikan masa depan Indonesia yang lebih baik.
“Kita baru memiliki kurang dari 30.000 orang bergelar doktor di Indonesia, jauh lebih rendah dari China dengan 800.000 doktor dan India dengan 600.000 doktor. Kita menempatkan diri pada resiko untuk tidak bisa bersaing sebagaimana mestinya,” pungkas Gita.