Media sosial, khususnya TikTok, baru-baru ini diramaikan dengan tren kuliner yang disebut hahu hoheng. Tren ini berupa menyantap tahu yang masih berminyak usai digoreng, lalu dimasukkan ke bubuk cabai.
Nama hahu hoheng itu sendiri merupakan pelesetan dari tahu goreng. Dinamakan demikian karena pengikut tren ini tidak bisa mengucapkan tahu goreng akibat rasa panas di lidah, yang muncul begitu mengonsumsi makanan yang baru diangkat dari penggorengan.
Mengonsumsi tahu yang masih berminyak dengan baluran bubuk cabai membuat pengalaman menyantapnya menjadi lebih menantang, bahkan sampai membuat mulut terasa kebakar. Rasa ini dianggap menciptakan kombinasi yang unik.
Meski tujuannya untuk memberikan hiburan, tren hahu hoheng ternyata dapat membahayakan kesehatan. Salah satunya menyebabkan kanker esofagus, sebagaimana dijelaskan oleh Dokter Nadia Alaydrus melalui akun Instagram-nya.
BACA JUGA: Mahasiswa UB Bunuh Diri, Efek Suicide Contagion?
Bisa Sebabkan Kanker Esofagus
Mengonsumsi makanan panas, jelas Nadia, dapat meningkatkan risiko kanker kerongkongan atau esofagus. Sebab, paparan suhu yang terlalu tinggi itu bisa merusak saluran pencernaan bagian atas.
Hal itu lantas akan menyebabkan inflamasi yang memicu kanker. Menurut sebuah penelitian, kata Nadia, makanan dengan suhu tinggi berhubungan positif dengan kejadian karsinoma sel squamosa di esofagus.
Penelitian yang dimaksud adalah sebuah studi yang dimuat dalam Journal of Internasional Cancer. Ini menyoroti korelasi antara konsumsi minuman atau makanan dalam keadaan panas dengan kanker esofagus.
Studi tersebut menunjukkan paparan suhu panas secara terus menerus selama bertahun-tahun berpotensi menjadi faktor risiko kanker esofagus. Kebiasan mengonsumsi makanan yang terlalu panas juga dapat menyebabkan cedera termal.
BACA JUGA: Viral Pasien Operasi Gigi Bungsu Dirawat di NICU, Apa Itu?
Cedera termal terjadi ketika lapisan tenggorokan dan kerongkongan mengalami iritasi. Cedera ini, terutama jika terjadi berulang, dapat menyebabkan peradangan kronis dan meningkatkan risiko pembentukan sel kanker.
Mengingat risikonya cukup fatal, studi itu lantas merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan atau minuman dengan suhu di atas 60 derajat Celcius. Jika muncul sensasi seperti terbakar, jangan minum air dingin.
Minum air dingin justru akan menyebabkan lebih banyak kerusakan pada kerongkongan. Karena itu, sebaiknya konsumsi air bersuhu ruangan. Jika kesulitan menelan, segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz