Desa Wae Rebo yang terletak di Nusa Tenggara Timur (NTT) baru saja dinobatkan sebagai kota kecil terindah nomor dua di dunia pada tahun 2024. Hal ini dirilis oleh TimeOut yang memaparkan daftar sepuluh kota kecil tercantik di dunia, dan yang berhasil menempati posisi puncak adalah Rothenburg ob der Tauber, Jerman.
Posisi Wae Rebo yang berada di urutan kedua berhasil mengalahkan Italia, Amerika Serikat (AS), dan Swiss berdasarkan Spectator Index. Mengutip dari laman Wonderful Indonesia milik Kemenparekraf, Wae Rebo merupakan desa adat kecil yang berlokasi jauh dari perkotaan, bahkan dibutuhkan sekitar 3-4 jam perjalanan dengan berjalan kaki dari Desa Denge.
BACA JUGA Promosikan Destinasi Populer, Taiwan Targetkan 250 Ribu Wisatawan Indonesia
Desa adat ini dikelilingi oleh pegunungan indah serta Hutan Todo yang rindang dan kaya akan vegetasi. Bukan hanya menenangkan, desa ini juga memiliki udara yang sejuk sehingga akan terasa nyaman bagi para wisatawan.
Salah satu hal yang unik dan menjadi ciri khas dari Wae Rebo adalah rumah adat Mbaru Niang yang tinggi dan berbentuk kerucut serta tertutup ilalang lontar dari atap hingga ke tanah. Dengan populasi kecil, yaitu sekitar 1.200 jiwa, desa ini terdiri atas tujuh rumah.
Rumah Mbaru Niang ini memiliki lima tingkat, yang mana setiap tingkat dirancang untuk tujuan tertentu. Tingkat pertama, yang disebut lutur atau tenda, adalah tempat tinggal keluarga besar.
Tingkat kedua, yang disebut lobo atau loteng, dikhususkan untuk menyimpan makanan dan barang-barang. Tingkat ketiga yang disebut lentar adalah tempat penyimpanan benih untuk musim tanam berikutnya.
BACA JUGA 5 Spot Diving yang Wajib Dicoba saat Berwisata ke Pulau Maratua
Tingkat keempat yang disebut lempa rae adalah untuk menyimpan persediaan makanan jika terjadi kekeringan. Terakhir tingkat kelima dan teratas yang disebut hekang kode, juga yang dianggap paling suci, adalah tempat persembahan untuk leluhur.
Sebelum dinobatkan sebagai kota kecil tercantik di dunia, desa yang terletak di Kabupaten Manggarai di Pulau Flores, NTT ini pernah menerima Top Award of Excellence dari UNESCO dalam UNESCO Asia Pacific Heritage Awards 2012.
Editor: Ranto Rajagukguk