Lawrence Wong, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Singapura menilai zaman keemasan globalisasi telah berakhir. Cara dunia memandang globalisasi sudah berubah seiring adanya kompetisi antarnegara.
Dia mengakui negara-negara di dunia memang belum sepenuhnya mengarah ke protektsionisme. Namun, bisnis makin dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik, khususnya antara Amerika Serikat (AS) dan Cina.
Wong mengatakan Singapura dan negara-negara ASEAN lain menginginkan hubungan yang seimbang antara AS dan Cina. Hal itu termasuk keterlibatan kedua negara dalam menumbuhkan ekonomi kawasan.
“Di mana logika sebelumnya, negara tidak harus berteman untuk berbisnis satu sama lain. Bahkan, harapannya adalah makin banyak kita berdagang, dan berinvestasi satu sama lain, kita akan mengurangi persaingan geopolitik,” kata Wong dikutip dari CNBC, Selasa (27/9/2022).
“Zaman keemasan globalisasi yang kita alami dalam 30 tahun terakhir sejak berakhirnya Perang Dingin telah berakhir dengan jelas dan kita memasuki era baru yang akan ditandai oleh kontestasi geopolitik yang lebih besar,” Wong melanjutkan.
Wong memperkirakan jika tren itu dinormalisasi, dunia akan menjadi lebih berbahaya dan sangat rentan.
Dia memastikan Singapura akan terus bekerja sama dengan AS dan Cina tanpa memihak. Bahkan, saat pimpinan kedua negara bertemu, tak menutup kemungkinan bisa menghasilkan sesuatu yang positif bagi dunia.
“Mengakui bahwa sebenarnya dunia ini cukup besar untuk Cina dan AS dan kedua negara tidak perlu mendefinisikan hubungan mereka dalam kerangka permusuhan,” ucap Wong.
Wong mengingatkan ketegangan AS-Cina justru memberikan pengaruh buruk bagi generasi muda kedua negara. Tanpa ada komunikasi yang berkesinambungan, akan muncul pandangan-pandangan yang saling menyalahkan ataupun membenarkan.
“Anda memiliki seluruh generasi yang tumbuh dengan pemikiran seperti itu, lalu apa yang terjadi 50 tahun dari sekarang, 30 tahun dari sekarang? Saya pikir itu sesuatu yang harus kita khawatirkan,” tuturnya.
Selain itu, ketegangan kedua negara yang makin berlarut-larut memberi dampak negatif untuk kegiatan bisnis. Oleh karena itu, penting bagi kedua negara untuk bekerja sama dalam isu tertentu, seperti perubahan iklim, meskipun dalam bisnis persaingan tak terhindarkan.
Ng Kok Song, ketua pendiri Avanda Investment Management menyatakan AS dan Cina sejatinya diuntungkan karena saling terkait secara finansial. Penelitian menunjukkan banyak perusahaan S&P 500 AS berkinerja moncer seiring memelesatnya pertumbuhan ekonomi Cina.
Demikian juga Cina memperoleh dana segar dari luar negeri, termasuk lembaga keuangan di AS.