Biasanya, hotel yang ditargetkan bagi segmen korporasi, tingkat keterisian kamar saat akhir pekan cenderung menurun ketimbang hari kerja. Hal itu juga dirasakan oleh salah satu hotel kelas midscale AccorHotels, Mercure Jakarta Sabang.
Riganda Togatorop, General Manager Mercure Jakarta Sabang mengakui, saat weekend, okupansi hotel molorot menjadi 40%. Padahal, pada weekdays (hari kerja), okupansi hotel yang baru beroperasi setahun ini mencapai 90%.
“Pada hari Selasa, Rabu, dan Kamis, keterisian kamar menembus 90%. Sedangkan saat akhir pekan, mencapai 40%-50%, itu masih tergolong baik,” kata Riganda seusai perayaan HUT pertama Jakarta Mercure Sabang, Rabu, (7/10/2015).
Maka itu, selain menggaet klien korporasi baik swasta maupun pemerintah, Mercure Jakarta Sabang bakal menggenjot klien segmen solo traveler, alias wisatawan individu. Pihaknya berencana mempromosikan paket hotel dengan objek wisata, baik wisata sejarah, wisata belanja, maupun wisata hiburan
“Hotel kami dekat dengan pusat budaya Jakarta, seperti museum nasional, Kota Tua, Ancol, hingga pusat belanja, seperti PI, GI, Thamrin City, dan Tanah Abang. Kami bisa bekerja sama dengan penyedia tur seperti Panorama atau Greenland. Kami sediakan kamar, mereka membuat paket wisatanya,” terangnya.
Selain membuat paket wisata, hotel 166 kamar ini juga memperkuat bisnis restoran sebagai daya tarik pelanggan. Di hotel ini, terdapat The Lobby, sebuah restoran yang menawarkan cita-rasa masakan tradisional, khususnya Betawi. Interiornya pun beraksen kota Batavia zaman kolonial.
“Kami hadirkan makanan kuliner nusantara, seperti Sate Sabang, Tahu Telor, dan Sop Buntut. Saya berani bilang, Sop Buntut hotel kami adalah yang terenak kedua setelah Hotel Borobodur,” klaim Riganda.
Sekadar informasi, Mercure Jakarta Sabang sebelumnya bernama Hotel Sabang. Setahun lalu, hotel yang dimiliki oleh PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk ini melakukan re-launching dan menggandeng AccorHotels sebagai pengelolanya.