Jika Anda mencari destinasi wisata yang menawarkan ketenangan alam dan budaya, Ubud adalah tujuan yang tepat. Berbeda dengan daerah lainnya di Bali, seperti Kuta, Seminyak, Ubud punya karakteristik yang kuat dan dijaga oleh para rajanya. Bukan sekadar menjaga kearifan lokal, upaya ini merupakan taktik pemasaran Ubud sebagai desa wisata. Hal ini disampaikan oleh Tjokorda Gde Raka Sukawati anak dari Raja Ubud terdahulu Tjokorda Gde Agung Sukawati. Disampaikan bahwa dirinya terinspirasi dari warisan ilmu marketing dari sang ayah.
Dalam menjalankan pemasaran Ubud ini, dirinya menggabungkan dua perspektif, yaitu perspekstif tradisional dan moderen. “Pada perspektif moderen, karakternya adalah pemasaran ini terbarukan (up to date), mudah tergantikan (substitute), mudah ditiru, memiliki masa hidup yang pendek, dan berbicara soal pikiran manusia. Berbeda dengan perspektif tradisional,” jelas Tjokorda Gde Raka Sukawati saat menjamu tamu Ubud Royal Weekend 2017 di Puri Lukisan Ubud, Gianyar-Bali.
Tjokorda Gde Raka Sukawati melanjutkan, bahwa perspektif tradisional ini cenderung sulit ditiru, sulit tergantikan, bertahan lama, dan berbicara soal hati. Meski begitu, keduanya erat berbicara soal values dan kepuasan atau kesenangan. “Di Desa Ubud-lah ke dua dimensi tradisonal budaya dan moderen berkolaborasi. Semua ini bisa dibuktikan secara konkrit bahwa hal ini sangat powerful,” jelas Tjokorda Gde Raka Sukawati.
Dalam hal ini, Ubud yang dianugrahi masyarakat yang seluruhnya memiliki kemampuan berseni, menjadikan daerah ini surga berbagai kesenian. Mulai dari seni lukis, pahat, musik, hingga tari-tarian bisa dengan mudah ditemukan. Selanjutnya, kesenian-kesenian itu dikumpulkan ke dalam museum dengan berbagai konsep. Ada yang berkonsep tradisional, ada juga yang moderen.
Keberhasilan Ubud sebenarnya bukan dimulai baru-baru ini. Tetapi telah dirintis oleh sang Raja Ubud sejak dulu yang membuka diri beserta istananya untuk wisatawan asing. Hal ini pun menarik para seniman dunia untuk mengunjungi Ubud. Kira-kira ada tiga seniman dunia yang berjasa dalam pengembangan pemasaran Ubud di mata dunia. Dua di antaranya adalah Walter Spies dari Jerman, Rudolf Bonnet dari Belanda.
Berkat lukisan mereka, semakin banyak warga dunia yang berkunjung ke Ubud. Salah satunya adalah Miss Universe yang tiap tahun mampir ke Puri Saren Agung (Istana Raja). Para pemimpin dunia pun – seperti Robert F. Kennedy (Jaksa Agung Amerika Serikat – 1962) dan Ratu Belanda Juliana (1972) yang telah hadir di Ubud, menyatakan bahwa Ubud adalah pusat pariwisata budaya.
Salah satu warisan penting dari sang raja soal marketing adalah ketulusan dan keterbukaan. Tjokorda Gde Agung Sukawati adalah pribadi yang dikenal ramah dan disukai oleh banyak orang, termasuk para wisatawan luar negeri. Meskipun mungkin baru kenal, sang raja bisa langsung akrab dengan para tamu, seolah-olah mereka adalah teman lama. Budaya Bali secara mendetil pun kerap diceritakan oleh sang raja dalam beberapa kesempatan.
Sang Raja memang dikenal sebagai pemasar yang baik meski tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang pemasaran atau pun pariwisata.