Secara global, jumlah smart devices (perangkat pintar) yang masuk ke rumah diperkirakan akan meningkat menjadi 38,5 miliar pada tahun 2020. Mulai dari speaker pintar hingga mesin cuci pintar semuanya dirancang untuk membuat hidup lebih nyaman.
Sayangnya, perangkat pintar hadir dengan potensi kerentanan keamanan yang secara tidak sadar dapat menempatkan data pemilik dan rumah tersebut berada dalam bahaya, serta merugikan bisnis. Mengamankan perangkat Internet of Things (IoT) adalah hal yang rumit karena adanya keragaman perangkat dan sistem yang dioperasikan.
Di rumah, terdapat titik pusat yang mengendalikan aliran data yang dikirimkan oleh perangkat apa pun yang terhubung dengannya. Titik pusat tersebut adalah router rumah.
Menurut Gagan Singh selaku SVP & GM Mobile Avast, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh IHS Markit, persentase gateway Wi-Fi atau router rumah yang disediakan oleh penyedia layanan broadband diperkirakan akan meningkat menjadi hampir 90% pada tahun 2019. “Kolaborasi antara penyedia broadband dan vendor keamanan akan membentuk hubungan yang kuat dan memberikan kendali kepada konsumen, sehingga konsumen dapat mengamankan perangkat pintar dan smart home mereka dengan cara yang sederhana dan efisien,” terangnya.
Bagi konsumen, risiko penyerangan dapat menembus perangkat pintar apa pun melalui jaringan apabila titik masuknya (router) tidak diamankan dengan benar. Dan, dapat menyebabkan berbagai serangan lanjutan.
IoT adalah contoh kelemahan cybersecurity dapat memberi jalan kepada ancaman keamanan fisik. Contohnya, perangkat IoT yang diretas secara fisik dapat memberikan penyerang informasi apakah seseorang berada di rumah atau tidak, tergantung pada perangkat yang digunakan. Jika termostat atau bohlam pintar pada rumah diprogram untuk berperilaku berbeda selama satu atau dua minggu, penyerang dapat menduga pemiliknya sedang berlibur atau di kantor dan memiliki kemungkinan untuk merampok rumah.
Cara lain penjahat menyalahgunakan perangkat pintar tersebut adalah dengan secara fisik masuk ke dalam rumah melalui perangkat Amazon Alexa atau Google Home. “Penjahat dapat dengan mudah meminta speaker pintar yang rentan untuk membuka pintu depan, misalnya, dan jika kunci pintu depan juga diprogram dengan teknologi pintar, kunci tersebut dapat membuka pintu bagi penjahat,” tambahnya.
Risiko yang sering diabaikan ketika berhubungan dengan perangkat IoT adalah kemungkinan kebocoran data pribadi, serta pelacakan pergerakan perangkat. Pertimbangkan berapa banyak informasi yang dapat dikumpulkan perangkat IoT. Sebagai contoh, webcam dapat melihat apa pun yang mereka tunjuk, smart TV dan asisten pribadi dapat mengambil suara, dan bola lampu pintar dan termostat dapat memberikan petunjuk apakah seseorang ada di rumah atau tidak.
“Dengan jumlah perangkat IoT yang tumbuh secara eksponensial bersamaan dengan ancaman yang menargetkan mereka, sangat penting untuk penyedia broadband dan vendor keamanan bekerja sama untuk menyediakan solusi sederhana dan kuat bagi pelanggan untuk melindungi kehidupan digital mereka,” katanya.
Editor: Eko Adiwaluyo