Awal Maret lalu, Sophos, Perusahaaan keamanan siber meluncurkan riset 2020 Threat Report . Laporan tersebut memberikan wawasan tentang tren serangan siber yang berkembang dalam 12 bulan terakhir.
“2020 Threat Report bukan hanya gambaran sebagai serangkaian rambu-rambu untuk membantu lebih memahami apa yang dihadapi dalam beberapa bulan mendatang, dan bagaimana mempersiapkannya,” ungkap John Shier selaku Senior Security Advisor Sophos.
Dalam laporan ini, Sophos menekankan ancaman apa saja yang bisa mengancam dan tersembunyi.
Risiko Ransomware Terus Meningkat
Tahun ini, Anda harus berhati-hati karena ransomware masih menjadi ancaman yang bahkan meningkat. Serangannya pun cenderung semakin aktif bahkan otomatis. Ransomware kini kian kuat dengan alat yang diyakini bisa digunakan untuk menyerang suatu organisasi, mengelabui kontrol keamanan, dan menonaktifkan backup. Hal ini isa menyebabkan kerugian besar dalam waktu singkat.
Aplikasi yang Tidak Diinginkan
Banyak penyalahgunaan langganan Android Fleeceware apps dan adware dalam 12 bulan terakhir. Selain itu, Potentially Unwanted Apps (PUA) juga kian marak. Kasus-kasus tersebut ternyata bisa menjadi perantara untuk mengirim dan mengeksekusi malware dan fileless attacks.
Kesalahan Konfigurasi oleh Operator
Cloud diyakini mampu menyimpan data secara praktis dan aman. Namun, ketika sistem tersebut lebih kompleks dan fleksibel, ada risiko yang cukup besar harus ditanggung. Salah satunya adalah kesalahan konfigurasi, sehingga cloud bisa menjadi target serangan siber.
Anti Malware Machine Learning Tidak Sepenuhnya Aman
Tahun lalu, sistem keamanan machine learning menjadi sorotan karena dianggap berpotensi mendapatkan serangan siber. Penelitian menunjukkan bahwa machine learning masih bisa digunakan untuk kegiatan menyerang. Contohnya adalah membuat konten palsu untuk rekayasa sosial.
Lanskap serangan siber berevolusi dan tidak dapat diprediksi. Setiap organisasi yang menggunakan berbagai sistem terkait dengan teknologi wajib waspada dan mempersiapkan diri. Pasalnya, para penjahat siber kian cekatan menyembunyikan aktivitas dan menghindari deteksi teknologi.
Editor: Ramadhan Triwijanarko