Waterfall vs Agile: Mana Metode yang Paling Tepat untuk Bisnis Anda?

marketeers article
waterfall vs agile | sumber: 123rf

Waterfall dan agile merupakan dua metode yang biasa digunakan oleh bisnis, mulai dari untuk product development hingga project management. Keduanya memiliki model yang berbeda, kelebihan serta kelemahannya masing-masing. 

Waterfall model umumnya banyak digunakan oleh perusahaan tradisional yang memiliki sistem hierarki, sedangkan agile method diterapkan oleh startup dalam menciptakan inovasi. Untuk dapat memahami perbedaan lebih lanjut dari keduanya, simak penjelasan berikut ini:

Pengertian Model Waterfall dan Agile

Metode waterfall

Metode waterfall memiliki model linear yang memiliki kejelasan kapan memulai, melanjutkan ke tahapan selanjutnya, dan mendapatkan hasil akhir. Setiap hasil yang diperoleh sudah sangat jelas di seluruh tahapannya. 

Proses waterfall yang dilalui mulai dari ideation, business case, development, market test, dan launch. Tim yang terlibat dalam proses ini harus dapat menyelesaikan setiap fase tersebut sebelum berpindah ke fase selanjutnya. 

Menurut The Server Side, metode ini sudah dikembangkan sejak tahun 1950 dan dapat diimplementasikan oleh perusahaan besar, seperti perbankan, pemerintahan hingga perusahaan asuransi. 

Perusahaan yang menerapkan metode ini umumnya tidak terlalu melibatkan peran pelanggan dalam penciptaan produk sekaligus terlalu rigid dan tidak fleksibel untuk dilakukan. 

BACA JUGA: Inovasi vs Invensi vs Kreativitas: Gagasan Anda Masuk Kategori Apa?

Metode agile

Metode agile menjadi metode yang tujuannya untuk merespons metode waterfall yang dikenal memiliki struktur yang sangat rigid dan kurang fleksibel ketika terjadi banyak perubahan. Agile method ini dikembangkan sebagai metode yang fleksibel dan melibatkan keterlibatan berbagai stakeholder, terutama pelanggan sebagai target audiens. 

Metode ini juga memiliki deadline yang singkat untuk dapat mendorong produktivitas dan efisiensi. Tim yang terlibat pun juga lebih mengandalkan self-driven dibanding memiliki project manager yang selalu memberikan arahan. 

Ini membuat tim jauh lebih berdaya dan mampu melakukan perubahan secara cepat. Dilansir dari The Server Side, metode ini telah dikembangkan sejak tahun 2001 dan umumnya diterapkan oleh startup dengan jumlah tim yang kecil atau untuk menghasilkan produk SaaS. 

Tahapan yang dilakukan dalam proses agile dimulai dari ideation, development, dan market test. Setiap tahapan ini dapat dilakukan iterasi secara berulang ketika terjadi kegagalan. 

Tujuan utama dari proses ini adalah peluncuran produk yang tidak harus sempurna, melainkan layak digunakan. Ketika produk mulai diadopsi pasar, mintalah feedback sebanyak-banyaknya dari pelanggan dan pasar Anda. 

Lakukanlah iterasi dan perbaikan secara berkala untuk menyempurnakan produk atau proyek Anda. 

Perbandingan Waterfall dan Agile

 WaterfallAgile
Timeline Fixed timelineTidak memiliki timeline yang ketat
Keterlibatan pelangganTidak melibatkan pelanggan dalam prosesPelanggan ikut terlibat dalam setiap tahapan proses
FleksibilitasTidak fleksibel, setiap fase harus diselesaikan sebelum berpindah ke fase selanjutnya. Fleksibel dan cepat beradaptasi ketika terjadi perubahan
Biaya Biaya sudah tetap karena rencananya sudah tidak bisa diubahBiaya dapat berubah seiring perubahan yang terjadi pada setiap tahapan. 
TimTim kecil yang dapat cepat berkoordinasi dan sinkronisasiKoordinasi dan sinkronisasi tim terbatas karena ada hierarki

BACA JUGA: Inovasi adalah Kunci Bisnis Berkelanjutan dan Tetap Eksis di Era Kekinian

Waterfall vs Agile: Mana yang Lebih Baik?

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi Anda untuk memilih metode waterfall dan agile. Jika project Anda membutuhkan regulasi dan syarat yang ketat, maka waterfall adalah yang paling cocok untuk project Anda.

Waterfall juga jauh lebih terstruktur dan memiliki perencanaan yang jauh lebih detail sebagai panduan tim dalam mengembangkan project. Selanjutnya, agile lebih cocok digunakan untuk project yang melibatkan lebih banyak stakeholder di setiap tahapan prosesnya. 

Perencanaan yang dimuat tentu juga matang, namun tidak terikat ketat sehingga jika terjadi perubahan dapat menyesuaikannya dengan baik. Pilihlah metode yang paling tepat dan sesuai dengan proyek, jenis tim, dan perusahaan Anda. 

Perusahaan besar tentu akan sulit melakukan agile method, sehingga perusahaan tersebut lebih memungkinkan untuk melakukan waterfall maupun kombinasi keduanya untuk dapat memaksimalkan manfaat dan output yang dihasilkan. 

Demikianlah penjelasan mengenai metode waterfall dan agile untuk penciptaan produk atau proyek yang bisa Anda dan tim lakukan. Kenali setiap metode yang digunakan atau bahkan Anda bisa berkonsultasi dengan konsultan Anda. 

Namun, untuk menghadapi perubahan yang begitu dinamis, metode agile mungkin jauh lebih cocok diimplementasikan agar produk dapat diluncurkan secepat mungkin dan kemudian dilakukan perbaikan seiring dengan waktu. 

BACA JUGA: Kini Saatnya Bisnis Hasilkan Diferensiasi Baru melalui Open Innovation!

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS