Siapapun bisa menjadi pemasar, terlebih di era digital seperti sekarang ini. Berkat kemudahan koneksi dan komunikasi, jarak jauh bukan lagi halangan bagi pemasar memasarkan produk perusahaan yang diusungnya. Tapi sayang, terkadang beragam strategi marketing jitu tidak diiringi dengan kualitas produk yang baik. Hal ini diamini oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X yang mengutip dari istilah jawa, “kegedhen empyak kurang cagak” yang berarti kaya visi dan miskin aksi.
Menurutnya, “Selling is Process, Not a Magic”, yang berarti proses penjualan tidak bisa terjadi begitu saja, masih ada berbagai proses harus ditempuh untuk meraih penjualan. Ia menekankan, sebelum dijual, sebuah produk harus dikemas sedemikan rupa agar terlihat menarik bagi calon konsumen. Bukan hanya itu saja, produk juga harus melambangkan mutu dan kebutuhan pembeli, serta memiliki additional value di mata calon konsumen.
Ia mengibaratkan, pemasar bagai seorang prajurit yang sedang bertempur di medan perang. Untuk menjadikan sebuah produk sebagai market leader, tidak berarti harus memenangkan satu pertarungan besar saja, tetapi juga harus bisa memelihara small wins, atau memenangkan pertarungan-pertarungan kecil yang kemudian diakumulasikan dan dikapitalisasi menjadi kemenangan besar.
Katanya, seorang pemasar yang baik, bukan sekadar mampu menjual produk perusahaan saja, melainkan bisa melahirkan generasi baru. Selain itu, setiap pemasar harus mampu menaikkan imej positif perusahaan dan bukan musiman yang hanya produktif dalam jangka waktu tertentu saja.
Bisa dibilang, meskipun produk itu penting, tapi tidak bisa dijadikan tolok ukur sebuah perusahaan bisa menguasai pasar dan bisa diterima masyarakat luas. Kunci utamanya terletak pada pemasar yang mampu menjual dengan segala kekurangan atau kelebihan produk yang diusungnya.
Lebih lagi, pemasar yang baik adalah yang mampu memberikan feedback kepada perusahaan tentang kekurangan dan kelemahan produk yang dimilikinya dari kompetitor atau yang menyesuaikan dengan kondisi pasar saat itu. Hal ini akan menjadikan budaya baik bagi perusahaan untuk terus melakukan perbaikan mutu secara berkelanjutan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip penerapannya, diantaranya:
- Quality first, prioritas pada mutu
- Stakeholder-in, orientasi pada kepuasan stakeholders
- The next process is our stakehholders, menempatkan mereka yang menggunaan produknya sebagai stakeholders yang harus dilayani dengan baik dan terpuaskan
- Speak with data, strategi pemasaran berbasis data, bukan pengandaian atau rekayasa
- Upstream management, proses pengambilan keputusan kebijakan pemasaran secara partisipatif, bukan otoritatif
Pemasar Lebih Dari Sekadar Tenaga Penjual
Perlu disadari, tidak semua karyawan yang mampu menjual akan menjadi pemasar andal. Seorang pemasar yang andal tidak hanya bekerja untuk dirinya sendiri dan perusahaan, melainkan harus bisa menularkan virus positif di lingkungan perusahaan sehingga akan melahirkan terus pemasar-pemasar baru sebagai gantinya.
Banyak pendapat yang bilang bahwa pekerjaan seorang pemasar hanya berjualan saja. Padahal, ruang lingkup pemasaran sebenarnya sangat luas dan kompleks, bukan sekadar menjual untuk peningkatan laba perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan peningkatan kualitas produk dan pemetaan pasar. Dengan memiliki pemasar yang andal, perusahaan bukan hanya mendapatkan laba besar, tetapi juga bisa memperoleh gambaran nyata tentang kondisi pasar sehingga manajemen bisa mengantisipasi hal-hal yang mungkin mempengaruhi pangsa pasar.
Dalam acara Indonesia Marketeers Festival Jogja ini, Sri Sultan juga memaparkan tentang beberapa kelebihan yang harus dimiliki setiap pemasar, diantaranya:
- Mampu membawa imej yang baik bagi perusahaan di mata calon konsumen
- Menjadi media komunikasi dan interaksi antara konsumen dengan perusahaan
- Menguasai detil produk perusahaan dan produk kompetitor sebagai pembanding
- Mampu menangani komplain konsumen dengan cara yang bijak dan memuaskan konsumen
- Memberikan masukan kepada perusahaan tentang tren pasar
- Mampu berkomunikasi dan menempatkan diri di lingkungan masyarakat
Melihat kompleksitas pekerjaan para pemasar, menurutnya sudah seharusnya pihak perusahaan lebih memperhatikan nasib mereka. Sebab dapat dikatakan bahwa mereka sebenarnya adalah ujung tombak kesuksesan perusahaan. Berkaitan dengan hal tersebut, perusahaan harus melakukan upgrading knowledge melalui training yang berkelanjutan bagi para salesperson yang mereka miliki.
Karena bagaimanapun, mereka adalah frontline yang menentukan kesuksesan sebuah perusahaan. “Dari semua uraian tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa salah satu kunci sukses perusahaan adalah dengan menghargai para pemasarnya,” tutupnya.
Editor: Jaka Perdana