Di tengah menjamurnya mal di kota-kota besar, daerah tingkat dua dan tiga menjadi kawasan dengan pertumbuhan mal tertinggi. Banyak mal-mal baru muncul di berbagai kabupaten, seperti di Ponorogo, Malang, Sampit, Pangkalan Bun, Kapuas, hingga Lombok.
“Hampir merata di semua daerah tier dua dan tiga, pertumbuhannya cukup bagus. Bukan cuma pengembang besar yang masuk, banyak pula pengembang kecil,” terang Alphonzus Widjaja, CEO Hospitality & Retail PT Sinarmas Land Tbk kepada Marketeers.
Di sisi lain, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Bodetabek) bakal menjadi pasokan ritel baru di luar Jakarta dengan kapasitas mencapai 580.000 m2 selama tahun 2016-2018.
Di kawasan itu, ada empat mal yang sedang dalam tahap pembangunan dengan jadwal operasi antara tahun 2016-2017. Dua di antaranya, yaitu Bekasi Trade Center 2 dan Q Big BSD yang dijadwalkan beroperasi pada tahun 2016. Kedua mal ini menambah pasokan ritel sebanyak 125.000 m2.
Menurut Jakarta Property Market Report 2015 yang dikeluarkan Colliers International, Bekasi dan Bogor menjadi kontributor utama pertumbuhan pasokan ruang ritel di Bodetabek. Bekasi akan menyumbang 319.000 m2 berkat pembangunan tujuh mal baru sepanjang 2016-2018.
Aeon Mall Sentul juga disebut-sebut menyumbang 168.000 m2 atau 60% dari pasokan ruang ritel di Bogor dalam dua tahun ke depan. Sedangkan Tangerang malah menunjukkan penurunan jumlah pembangunan mal baru.
Sepanjang tahun 2016-2018, Tangerang hanya memperkenalkan dua mal baru yang menyumbang kurang dari 100.000 m2 lahan ritel.
Rata-rata mal yang dibangun di Bodetabek didominasi oleh pengembang kelas kakap, seperti Sinarmas, Lippo, Megapolitan, Gapura Prima, Aeon, dan Plaza Indonesia.
Rata-rata okupansi mal di Bodetabek sepanjang 2015 adalah 83%. Cepatnya penyerapan sewa tenan di mal-mal baru di Bodetabek membantu tingkat okupansi tumbuh 2% YoY.
Depok tercatat sebagai kawasan dengan tingkat okupansi tertinggi ketimbang Bogor, Tangerang, dan Bekasi, dengan meraih 86,2% atau tumbuh 1,9% YoY.
Editor: Eko Adiwaluyo