Menunaikan ibadah Haji merupakan rukun Islam yang wajib dijalankan bagi seluruh umat muslim di dunia, khususnya mereka yang mampu. Namun, terlepas dari kewajiban syariah itu, haji dan umrah, menjadi bisnis wisata religi terbesar di dunia. Wisata reilgi ini diperkirakan akan meningkat dari 17,5 juta jiwa pada tahun 2014 menjadi 25 hingga 30 juta jiwa pada tahun 2025.
Peningkatan ini tentunya mendorong devisa Kerajaan Arab Saudi di luar sektor minyak bumi. Untuk musim haji yang jatuh pada bulan Dzulhijjah setiap tahunnya, jumlah pengunjung rata-rata mencapai 2 juta orang. Jumlah ini akan meningkat menjadi 5 juta per tahun pada tahun 2025.
Tak heran apabila kontribusi pariwisata religi bagi Produk Domestik Bruto Arab Saudi meningkat dari 5,4% menjadi 5,7% pada tahun 2020. Seperti dikutip dari Al-Jazira, pemerintah setempat telah mempersiapkan investasi besar-besaran di sektor infrastruktur demi mengayomi lonjakan permintaan di masa mendatang.
Di antaranya adalah proyek angkutan massal Metro di Makkah dan perluasan Bandar Udara Prince Mohammad bin Abdulaziz di Madina. Selain itu, hotel mewah pun bakal berdiri di negara minyak itu. Pasalnya, 43% hotel di Makkah adalah hotel berfasilitas bintang tiga, dan 46% hotel di Madinah merupakan bintang tiga ke atas.
Menurut laporan Al-Jazira, sekitar 250 perusahaan travel bakal memenuhi kebutuhan wisatawan religi di Tanah Arab. Jumlah ini akan meningkat seiring banyak orang akan mengunjungi Arab Saudi untuk berlibur. Kegiatan wisata religi memang masih terkonsentrasi di kota-kota suci, yaitu Makkah dan Madina. Pasar perhotelan di dua kota ini sangat bergantung pada haji dan umrah di Makkah, serta ziarah ke Masjid Nabawi di Madina.
Salah Oumoudden. Vice President Operations AccorHotels Egypt & Kindom Saudi Arabia, mengatakan sektor pariwisata religi di Arab sedang mengalami pertumbuhan yang pesat dan menjadi daya tarik bagi investor. Sektor ini telah mampu menciptakan lapangan kerja bagi pemuda Saudi.
Dia mengatakan, investasi pemerintah di bidang infrastruktur, termasuk kereta ekspres Makkah-Madinah, akan membantu pertumbuhan industri wisata ini, serta meningkatkan investasi properti bagi sektor swasta.
“Dulu, Makkah-Madina ditempuh selama empat jam dengan mobil. Kini hanya ditempuh selama sekitar 1,5 jam. Tentu saja, trafik pengunjung di dua kota ini bergerak cepat,” ungkap Salah saat Marketeers temui di Pullman Jakarta Thamrin, Selasa, (5/1/2016).
Namun, kurangnya tenaga kerja terampil di sektor pariwisata Saudi dianggap menjadi tantangan pengelola hotel, termasuk AccorHotels, yang kini mengoperasikan 17 hotel di negara itu. Sehingga, perhotelan di sana masih bergantung pada tenaga kerja asing. “Kalau di luar Kota Suci, seperti Makkah dan Madina, memang sulit. Tapi, kalau di dua kota suci itu, mencari tenaga kerja perhotelan angat mudah,” terangnya.
Dia bilang, manpower telah menjadi masalah serius di hampir seluruh perusahaan. Secara total, 40% pekerja di hotel-hotel Accor di Arab Saudi adalah warga setempat. Meskipun, General Manager masih didominasi asing. “Orang Madinah sangat memahami hospitality. Mereka mempunyai kultur untuk menjamu tamu. Di dalam Makkah pun, mereka pada dasarnya bekerja di industri hospitality,” ungkap Pria asal Maroko ini.