PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mempertegas komitmen mereka untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang konsisten. Hal itu mereka tunjukkan dengan berbagai program dan inisiatif yang dikerjakan, salah satunya adalah #BCAForSustainability.
Melalui kampanye tersebut, BCA berkomitmen untuk meningkatkan inisiatif yang berkaitan tentang environmental, social, dan governance (ESG). Ini tentunya sejalan dengan target global yaitu Sustainable Development Goals (SDG) dan usaha berbasis ekonomi hijau.
Perusahaan kian mantap untuk melangkah ke tujuan tersebut dengan Wisma BCA Foresta. Gedung yang berlokasi di BSD City tersebut merupakan Green Building yang diklaim pertama dalam menerapkan berbagai teknologi berbasis ramah lingkungan.
“Komitmen untuk mengedepankan nilai-nilai ESG terus kami perkuat melalui berbagai inisiatif dan kegiatan. Kami bersinergi dengan berbagai instansi maupun organisasi dalam mewujudkan gedung ramah lingkungan ini. Kami merancang gedung ini sebagai percontohan untuk gedung-gedung lainnya di seluruh penjuru Tanah Air,” ujar Victor Teguh Sutedja, SVP Logistic & Building BCA.
Penerapan Green Building Wisma BCA Foresta memberikan manfaat secara ekologis, antara lain mengurangi emisi karbon dengan penggunaan equipment yang hemat energi, memaksimalkan pencahayaan alami yang masuk ke area gedung, penjagaan kualitas udara dan memberikan manfaat ekonomis karena dapat menurunkan biaya operasional serta biaya pemeliharaan.
Berbagai manfaat tersebut bisa didapatkan lewat teknologi yang diterapkan di gedung ini. Mulai dari Building Automation System yang terdiri dari chiller (pendingin ruangan), penerangan, lift, plumbing, hingga sound system.
Saat Marketeers, berkunjung ke Wisma BCA Foresta, Kamis (16/06/2022), di waktu makan siang, lampu gedung akan mati sebagian besar sesuai jadwalnya. Penerangan akan lebih banyak berasal dari luar jendela.
Penggabungan dari pemanfaatan teknologi dan desain gedung yang memang sudah dibuat dengan penuh perhitungan ini membuat hal itu mungkin terjadi. Teknologi memastikan energi yang digunakan tidak berlebihan. Sementara itu, desain yang baik memastikan pemanfaatan cahaya dari luar saja ketika penerangan tidak terlalu banyak dibutuhkan karena karyawan sedang tidak bekerja.
Yang juga tidak biasa dari Wisma BCA Foresta adalah tidak ada air minum kemasan. Karyawan bisa meminum air PAM yang sudah difilter dengan teknologi reverse osmosis.
“Teknologi pemurnian air minum ini aman dan menyehatkan karena dilengkapi reverse osmosis filtration system, double UV protection, dan evo sensor yang tentunya kami kelola dengan baik. Filternya pun terus kami ganti dan bersihkan secara berkala,” ujar Teguh.
Penggunaan teknologi ini efektif untuk mengurangi penggunaan galon air yang berasal dari plastik. Selain itu, lebih luas lagi pengaruhnya dapat menurunkan mobilitas transportasi dari sumber air pegunungan ke gedung yang menggunakan bahan bakar fosil. Perusahaan juga tidak perlu lagi memikirkan kebutuhan ruang untuk penyimpanan galon air.
Keunikan lainnya ada pada atap gedung yang didesain tidak rata atau miring 15-30 derajat. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko kebocoran karena air yang menggenang di atap.
Wisma BCA Foresta juga memanfaatkan air recycle dan air hujan untuk kebutuhan flush di kamar kecil. Berbagai sistem dibuat sedemikian rupa untuk memastikan sumber daya yang ada digunakan dengan optimal.
“BCA berkomitmen untuk menghadirkan nilai tambah bagi seluruh nasabah dan masyarakat Indonesia. Kami meyakini pembangunan yang bertujuan mulia ini akan memberikan dampak yang positif terutama bagi lingkungan hidup. Upaya kami menghadirkan gedung ini juga sebagai bentuk memberikan kenyamanan bekerja bagi insan BCA untuk dapat memberikan pelayanan maksimal bagi nasabah,” ujar Hera F. Haryn, EVP Secretariat & Corporate Communication BCA.
Wisma BCA Foresta merupakan gedung yang beroperasi sejak Oktober 2020 dengan peruntukan sebagai kantor pusat BCA dengan total luas bangunan lebih dari 45.000 meter persegi. Pada penghujung tahun 2021, Wisma BCA Foresta meraih sertifikasi Greenship Platinum dari Green Building Council Indonesia (GBCI).
Editor: Ranto Rajagukguk