Woman of the Hour Bongkar Kisah Nyata Pembunuh Berantai di AS

marketeers article
Woman of the Hour (Foto: Netflix)

Netflix kembali menghadirkan tontonan yang terinspirasi dari kisah nyata. Kali ini, giliran kasus pembunuh berantai di Amerika Serikat (AS) berjuluk “The Dating Game Killer” yang menjadi inti cerita untuk film Woman of the Hour.

Film yang disutradarai Anna Kendrick ini mengangkat sosok Rodney Alcala, seorang pembunuh berantai yang tampil di acara televisi nasional The Dating Game pada tahun 1978. Padahal, kala itu, ia berada di tengah rangkaian pembunuhan brutal selama bertahun-tahun.

Kejahatan Alcala dalam Woman of the Hour dimulai pada tahun 1971 di New York City, ketika ia membunuh seorang perempuan setelah membantunya pindah. Aksinya berlanjut di tahun 1977, saat ia membunuh seorang wanita hamil di Wyoming setelah memotretnya.

BACA JUGA: Love in the Big City Punya Versi Film dan Drama, Apa Bedanya?

Pada tahun itu pula, Alcala yang tengah bekerja di Los Angeles Times sempat diinterogasi oleh polisi terkait kejahatan seorang pembunuh berantai lainnya. Cerita kemudian berlanjut pada tahun 1978, ketika ia tampil di acara The Dating Game.

Ia memenangkan acara tersebut dan berkesempatan kencan dengan Sheryl Bradshaw. Kencan mereka berlangsung canggung, bahkan Alcala mengancam Sheryl di tempat parkir. Untungnya, sejumlah orang datang ke tempat parkir dan menggagalkan niat Alcala.

Namun, aksi Alcala tak berhenti di situ. Pada tahun 1979, ia menjemput seorang remaja pelarian bernama Amy di San Gabriel, California.

Ia juga hampir membunuh Amy, namun untungnya sang remaja berhasil menghubungi polisi.

BACA JUGA: Menguak Intensi Hubungan Beda Usia di Deceitful Love, Cinta atau Harta?

Proses di Balik Woman of the Hour

Kendrick, yang awalnya hanya terlibat sebagai pemeran, memutuskan untuk menyutradarai film ini karena tertarik pada kisah tragis para korban yang terlibat.  Ia menyoroti bagaimana budaya pada masa itu tidak memprioritaskan keselamatan korban.

“Saya menyadari bahwa film ini bukan hanya tentang karakter saya, tetapi tentang bagaimana seorang pria bisa memanipulasi dan memanfaatkan celah sosial untuk melanjutkan aksi sadisnya,” ujarnya, dikutip dari Netflix, Senin (21/10/2024).

Dalam proses pembuatan film, Kendrick dan sang penulis naskah, Ian McDonald, melakukan riset mendalam. Mereka menggali informasi melalui arsip surat kabar dan menyusuri lokasi di Los Angeles untuk memahami jejak-jejak kejahatan Alcala.

Salah satu momen penting dalam film ini bahkan terinspirasi dari lokasi yang Kendrick temukan sendiri. Ini memperlihatkan kedalaman riset dan dedikasi yang ia curahkan untuk menghidupkan kembali kisah kelam tersebut.

Dengan ini, Woman of the Hour berusaha memberikan suara bagi  para korban yang telah lama terlupakan. Kendrick menegaskan bahwa film ini bukan sekadar tentang sang pembunuh, tetapi tentang bagaimana budaya dan ketidakpedulian masyarakat bisa memberi ruang bagi kejahatan untuk terus terjadi.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS