Wujudkan Kepedulian Sosial, BCA Berikan Donasi kepada UNICEF dan WWF

marketeers article

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melalui program Bakti BCA kembali membuktikan kepedulian sosial kepada masyarakat. Kali ini, BCA memberikan nilai tambah kepada masyarakat melalui pemberian donasi kepada United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) untuk Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI) di Kabupaten Sorong dan Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat serta donasi kepada World Wide Fund for Nature (WWF) untuk Penanaman Mangrove di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Adapun total pemberian donasi BCA kepada WWF dan UNICEF kali ini sebesar Rp 1,354 miliar. Perinciannya sebesar Rp 850 juta untuk UNICEF dan Rp 504 juta untuk WWF .

Hadir dalam penyerahan donasi secara simbolis, Direktur BCA Subur Tan, Executive Vice President Corporate Social Responsibility (CSR) BCA Inge Setiawati, Vice President CSR BCA Rizali Zakaria, Chief of Private Fundraising and Partnership UNICEF Indonesia Gregor Henneka, Direktur Konservasi WWF Indonesia Lukas Adhyakso, dan Direktur Partnership WWF Indonesia Ade Swargo Mulyo di Jakarta, Jumat (16/11).

Direktur BCA Subur Tan menuturkan, nilai donasi BCA kepada UNICEF periode 2017 – 2018 adalah sebesar Rp 850 juta, serta periode tahun 2018 – 2019 adalah sebesar Rp850 juta. Sedangkan bantuan kepada WWF periode tahun 2017 – 2018 adalah sebesar Rp 463 juta dan periode tahun 2018 – 2019 sebesar Rp 504 juta. “Kerja sama antara BCA dan UNICEF tersebut menitikberatkan pada pengembangan kualitas anak usia dini di Indonesia serta kerja sama dengan WWF menitikberatkan pada upaya reforestasi kawasan mangrove kritis di Taman Nasional Ujung Kulon melalui program kolaborasi BCA dan WWF, NEWtrees,” kata Subur.

BCA memberikan donasi kepada UNICEF untuk periode tahun 2018-2019 sebesar Rp850 juta untuk program PAUD HI, yakni upaya guna memenuhi kebutuhan esensial anak usia dini yang beragam dan saling terkait secara holistik dan terintegrasi. Tujuan umum PAUD HI Berbasis Masyarakat adalah terwujudnya anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia. Adapun total target populasi PAUD HI adalah sebanyak 900 anak usia 0 – 6 tahun dan juga 500 orang tua atau pengasuh, sehingga anak usia dini mendapatkan stimulasi terbaik di PAUD maupun di rumah.

Kerjasama BCA dengan UNICEF ini bertujuan untuk membantu Pemerintah Provinsi Papua Barat dan kabupaten terpilih, yakni Kabupaten Sorong dan Raja Ampat untuk mengoperasionalkan Peraturan Pemerintah 60/2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif. “Melalui kerja sama ini, kami berharap terciptanya penguatan koordinasi antar instansi pemerintah yang relevan mulai dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Masyarakat Kampung, serta instansi terkait lainnya untuk pembuatan alternatif model PAUD berbasis masyarakat yang sesuai dengan konteks Tanah Papua,” urai Subur.

Hingga saat ini, program PAUD HI telah melahirkan sejumlah terobosan yang berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Gebrakan tersebut antara lain terbentuknya gugus PAUD di Sorong dan Raja Ampat untuk mengoordinasi program PAUD HI Secara Lintas sektoral, serta implementasi PAUD HI di 13 PAUD di Sorong dan 12 PAUD di Raja Ampat dengan total 878 siswa penerima manfaat.

Sebanyak 75 guru PAUD dan kader kesehatan juga mendapatkan pelatihan dan lokarkarya untuk peningkatan kapasitas dan kompetensi. “Kami juga mencermati pentingnya keterlibatan guru, orang tua, dan masyarakat dalam program Pra-Literasi dan kesehatan kebersihan. Oleh sebab itu, kami juga membangun layanan lintas sektoral di PAUD HI seperti Inisiasi fasilitas cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS),” kata Subur.

Adapun berbagai program UNICEF yang telah memperoleh dukungan dana BCA antara lain Program Imunisasi Rutin (2008-2010), Program Pendidikan Anak Usia Dini Holistik dan Integratif (PAUD HI) Nasional (2012-2013), Program Sekolah Ramah Anak (2011), Sekolah Ramah Anak di Papua (2015-2016) dan PAUD HI di Papua (2016-2017).

Sementara itu, BCA bersama WWF juga melakukan penanaman mangrove  di Taman Nasional Ujung Kulon yakni Rhizophora apiculate, Rhizophora stylosa, serta akan menyusul jenis lainnya yaitu Avicennia sp. Proses penanaman mangrove dilakukan menggunakan sistem cluster, yakni menggunakan bambu bulat yang ditancapkan rapat seperti pagar dengan dua baris depan berbentuk segitiga sama kaki sebagai pemecah ombak. Setiap satu cluster ditanami sekitar 20 – 30 batang pohon. Dengan demikian, pohon yang ditanam tetap kuat dan tidak rusak seketika saat diterjang ombak.

Terkait itu, capaian kerja sama antara BCA dan WWF dari program penanaman mangrove di Taman Nasional Ujung Kulon sepanjang tahun 2017-2018 telah menorehkan hasil yang positif. Per November  2018, jumlah cluster yang telah dibangun BCA dan WWF adalah sebanyak 153 cluster dengan total luas permukaan tanam mencapai 1,7 hektare (ha). Jika dihitung, luas cakupan area penanaman telah mencapai hampir lima ha. Hingga kini, jumlah batang pohon yang telah ditanam adalah sebanyak 7.650 batang di 153 cluster. BCA dan WWF akan terus melanjutkan penanaman hingga akhir Desember 2019

Lukas Adhyakso, Direktur Konservasi, WWF-Indonesia mengatakan, dukungan BCA untuk merehabilitasi kawasan mangrove di Ujung Kulon ini sangat penting bagi kelestarian Badak Jawa. “Ekosistem mangrove di Taman Nasional Ujung Kulon ini berfungsi melindungi habitat Badak Jawa, dan memastikan semenanjung di ujung Barat pulau Jawa ini tidak terputus, sehingga populasi badak bisa bermigrasi dan bertahan hidup,” katanya.

Populasi Badak Jawa sangat kritis dan terkonsentrasi di TN Ujung Kulon. Pendataan terakhir mencatat hanya ada 68 individu Badak Jawa. “Dengan terbatasnya habitat, populasi ini sangat rentan terhadap ancaman penyakit atau bencana alam, sehingga penting bagi badak agar dapat menjelajah ke kawasan yang lebih luas untuk menyelamatkan diri,” lanjut Adhyakso.

Related