Banyak kasus kejahatan yang terjadi pada anak-anak membuat Director of Wahid Institute dan pengurus Gerakan Mari Berbagi Yenny Wahid khawatir. Menurutnya, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan.
Anak-anak dinilai belum mendapatkan rasa aman. Yenny menganggap orang tua masih terlalu sibuk mencari sesuap nasi sehingga mengabaikan hak anak untuk hidup dengan aman.
“Memberikan rasa aman ini bukan hanya tugas orang tua. Masyarakat sekitar pun harus bekerja sama dalam menjaga anak-anak, mulai dari tetangga, lingkungan RT, maupun RW. Kalau ada anak keluyuran di luar sekolah perlu ditanya kenapa. Lalu, jangan biarkan anak-anak dibiarkan sendiri ketika bermain,” kata Yenny yang pada Mei lalu dinobatkan sebagai UNICEF YWN Champions for Children.
Memenuhi hak anak ini sangat penting. Yenny percaya, bila anak-anak Indonesia terpenuhi haknya, mereka akan tumbuh menjadi anak yang sehat, berpikir jernih, dan membantu peradaban di Indonesia.
Percaya pada hal tersebut, Yenny pun mulai menanamkan pentingnya memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak dengan mengedukasi orang tua mereka, terutama kaum ibu.“Menyasar kaum perempuan menjadi hal yang strategis dalam hal ini. Ibu yang mengandung dan melahirkan pastinya memiliki kedekatan dengan anak,” kata putri mantan presiden RI Abdurrachman Wahid atau yang dikenal sebagai Gus Dur (Alm.).
Selain mengedukasi orang tua, ia berencana melakukan edukasi anak ke sekolah-sekolah dasar mengenai pentingnya pendidikan seks sejak dini dan pentingnya menjaga diri dari kejahatan sosial.
“Keinginan ini muncul beberapa waktu lalu ketika banyak kasus tindakan kekerasan pada anak marak. Saya ingin mereka mendapat edukasi pendidikan seks dengan cara sederhana dan dengan bahasa yang mereka mengerti,” tambahnya.
Selain aktif menyuarakan pemenuhan hak anak, Yenny pun dikenal sebagai seorang aktivis sosial yang turut aktif menyuarakan toleransi lewat lembaga yang ia pimpin, Wahid Institue. Yenny menjelaskan, Wahid Institute mendidik anak-anak khususnya remaja untuk menjadi duta toleransi di Indonesia.
“Kami ingin anak-anak menginternalisasi nilai-nilai ini melalui cara yang menyenangkan, seperti menggunakan media permainan ular tangga. Jadi, anak belajar sambil bermain. Bukan zamannya anak harus menghafal,” tutup Yenny.
Editor: Sigit Kurniawan