Menciptakan bisnis dengan orientasi lingkungan berkelanjutan bukanlah tren semata, namun hal yang harus diperhatikan. Sejumlah perusahaan besar percaya bahwa dengan terjaganya lingkungan, kemungkinan bisnis dapat berjalan lebih panjang akan lebih besar.
Berdasarkan riset Cambridge Global Perspective pada bulan Maret 2020, 21% pelajar di Indonesia usia 13-19 tahun melihat polusi lingkungan sebagai permasalahan besar secara global. Terutama pencemaran polusi akibat sampah plastik. Sementara itu, 93% pelajar Indonesia menyatakan keinginannya untuk beraksi langsung menangani isu tersebut.
Sikap optimis inilah yang mendorong digelarnya Youth Ecopreneurship Initiative (YEI) oleh Citi Indonesia dan Prestasi Junior Indonesia. Citi Indonesia secara spesifik melihat peluang semakin berkembangnya lanskap bisnis yang akan berdampak baik untuk keberlangsungan lingkungan. Apalagi, pemerintah Indonesia secara spesifik memiliki Program Pertumbuhan Ekonomi Hijau yang mendukung SDGs.
“Inisiatif ini hadir untuk menjembatani tingginya kepedulian generasi muda terhadap lingkungan sekitar dan mengawinkan minat mereka untuk berwirausaha,” jelas Puni A. Anjungsari, Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia.
Pemberdayaan generasi muda memang sudah menjadi fokus Citi Indonesia untuk menjalankan kegiatan sosialnya. Terutama di ranah edukasi, literasi keuangan, dan keterampilan dasar kewirausahaan. Inisiatif ini menggabungkan sejumlah bidang tersebut, dengan harapan anak muda bisa menciptakan masa depannya tanpa melupakan masa depan lingkungan tempat mereka berkembang.
Di tahun keenamnya, YEI memberikan pelatihan kepada 8.269 pelajar tingkat SMA dan SMK di lima kota besar. Diantaranya Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar. Tahun ini, YEI berhasil melahirkan 25 bisnis baru ramah lingkungan dengan omzet total lebih dari Rp 214 juta selama 5-7 bulan beroperasi.
“Kebutuhan wirausaha ramah lingkungan sebetulnya sangat mendesak dengan pertimbangan kondisi lingkungan saat ini. Pada dasarnya, masa depan bumi ada di tangan anak muda yang memiliki banyak ide. Program ini menekankan bahwa mereka bisa menciptakan penghidupan untuk masyarakat dan lingkungan secara berbarengan,” tambah Robert Gardiner, Co-Founder & Academic Advisor Prestasi Junior Indonesia.
Contoh konkrit dari keberhasilan YEI tahun ini dibuktikan dengan bisnis PlayIt!. Bisnis ini merupakan ciptaan D’Eagle SC, sekelompok pelajar SMA Karangturi, Semarang yang bergerak di produksi kriya. Mereka menciptakan PlayIt! yang merupakan papan permainan unik dan edukatif dengan material limbah kayu bekas.
D’Eagle SC secara kreatif mengubah kekhawatiran mereka terhadap polusi udara akibat pembakaran kayu yang dilakukan oleh pelaku industri di rumah mereka. PlayIt! hadir sebagai produk yang ramah lingkungan dan bermanfaat secara edukasi dan profit.
“YEI berusaha membuktikan bahwa kepedulian terhadap kondisi sekitar akan membuka mata untuk melihat peluang. Kepedulian bisa mengubah tantangan menjadi ide kreatif bernilai ekonomi dan memiliki dampak jangka panjang untuk masyarakat dan lingkungan,” tutup Puni.
Editor: Ramadhan Triwijanarko